Suku ini Rela Memakan Daging Manusia dengan Alasan Kesempurnaan Hidup, Namun Menolak Membunuh
Mereka hidup untuk mencapai kesempurnaan, biasa disebut moksa, yang berarti pembebasan dan menyatu dengan sang pencipta.
TRIBUNJAMBI.COM - Bagi orang Hindu Aghori adalah sekte Hindu yang diyakini berusia 1000 Tahun, beberapa di antaranya dianggap sebagai Sandhus, yang dalam bahasa sansekerta berarti orang baik.
Baca: Bebek Apa Kelinci Nih? Jawaban Anda Nanti Akan Seperti Apa Otak Anda Menafsirkan Sesuatu
Baca: Ustaz Abdul Somad Posting Foto Masa Mudanya dengan Seorang Pria, Wargenet: Wow, Barakallah Pak Ustad
Mereka hidup untuk mencapai kesempurnaan, biasa disebut moksa, yang berarti pembebasan dan menyatu dengan sang pencipta.
Namun tidak seperti Sadhus pada umumnya. Aghori mengikuti jalan radikal dan kontroversial untuk menuju moksa.
Dilansir dari Ancient Origins, orang-orang Sadhu Agori digambarkan sebagai manusia yang menggunakan secarik cawat untuk menutupi kelaminnya.
Mereka pergi ke mana pun membawa tengkorak manusia. Ketika melakukan ritual, mereka akan duduk bersila di dekat api unggun, sambil menghisap cerobong besar.
Baca: Roro Fitria di Penjara Tak Henti Menangis karena Malu, Ada Sosok Misterius Ini
Baca: Debat Sindiran Sudjiwo Tedjo dan Mahfud MD ini Terbilang Kocak, Sampai Bawa-bawa MU!
Mulutnya mengunyah daging dan matanya lurus manatap api unggun. Api itu bukan untuk menghangatkan diri namun api sisa dari kremasi, lengkap bersama seongok mayat yang tak habis dilahap api.
Sebagain dagingnya juga dilahap oleh pria Aghori ini bersama beberapa anjing yang menemaninya, sambil mengunyah mulutnya komat kamit dan membaca mantra.
Bukanlah rahasia lagi, pemandangan mengerikan ini adalah sebuah hal biasa bagi penganut Sadhu Agori.
Sadhu Aghori adalah sekte kecil pemuja Dewa Siwa, konon untuk mencapai moksa mereka harus memakan manusia.

Baca: Warganet Nyinyirin Soal Artis Alay, Jawaban Deddy Corbuzier ini Mak Jleb Banget!
Baca: Lilin Beraroma Justru Bisa Berdampak Buruk, Kenali yang Berbahaya, Ini Alternatifnya
Aghori menyembah Siwa atau Mahakala, perusak, dan Shakti atau Kali, dewi kematian. Aghori biasanya ditemukan berada di dekat lokasi kremasi, yang paling terkenal di India yaitu Varanasi.
Selain itu, mereka juga dapat ditemukan di daerah lain yang jauh lebih terpencil, termasuk gua-gua dingin di Himalaya, hutan lebat di Bengal, dan gurun pasir Gujarat yang panas.
Menurut kepercayaan Aghori, pembebasan dapat dicapai dengan merangkul praktik yang dianggap tabu oleh masyarakat Hindu ortodoks.
Salah satu praktik paling terkenal dari Aghori adalah kanibalisme. Meski begitu, Aghori tidak pernah dan menolak membunuh manusia guna mendapatkan daging mereka.
Baca: 6 Aktivitas Malam Ini, Lebih Mudah dan Ampuh Turunkan Berat Badan. Apa Saja?
Baca: Warga Temukan Ular Seukuran Badan Manusia Berwarna Putih di Gua Sedalam 200 Meter
Sebagai gantinya, daging mayat diperoleh dari tempat kremasi lalu mereka konsumsi. Daging manusia ini sering dimakan mentah, meski kadang juga dipanggang di atas api terbuka.

Salah satu keyakinan orang-orang Aghori adalah mereka tidak meyakini perbedaan dan semua itu hanyalah sebuah kepalsuan belaka.
Aghori berpendapat jika mereka tak pernah melihat kebaikan dan kejahatan, maka mereka juga tidak membedakan daging manusia dan daging hewan.
Selain melakukan praktik kanibalisme, Sadhu Aghori juga dikenal meminum air kencing dan makan kotoran, praktik ini tak lain demi membunuh ego dan meninggalkan persepsi keindahan sebagai manusia.
Baca: 3 Dampak Minum Air Es yang Buruk Bagi Tubuh Walau Melegakan di Tenggorokan
Baca: Aksi Alain Robert, Spiderman di Dunia Nyata, Kembali Taklukan Gedung Pencakar Langit
Aghori juga mengabaikan pakaian selain hanya secaraik cawat mereka terkadang tak mengenakan busana sekalipun. Mereka menganggap hal ini untuk mengatasi rasa malu mereka dan menolak dunia material dan keteraikatan benda-benda meterial.

Untuk menghindari penyakit, Aghori mandi menggunakan abu sisa kreamsi, hal ini adalah bentuk tiruan dari yang dilakukan Dewa Siwa.
Tengkorak yang selalu dibawa Aghori juga memiliki makna lain.
Konon Siwa pernah memenggal kepala Brahma dan membawa kepala itu ke mana-mana.
Baca: FOTO: Tanpa Sehelai Benang, Wanita Ini Lakukan Ritual Jogging di Kawasan Bersalju. Alasannya. . .
Baca: GALERI FOTO: Ingin Mencoba Seni Bonsai Tanaman? Ikuti Pertunjuk Berikut
Aghori menjaga tengkorak manusia tersebut karena keyakinan bahwa setelah kematian, kekuatan hidup seseorang melekat di puncak tengkorak.
Lebih jauh lagi, Aghori percaya bahwa dengan menggunakan mantra dan persembahan tertentu (terutama alkohol), mereka dapat memanggil roh almarhum dan mendapatkan kontrol atasnya. ( Afif Khoirul M)