Suku ini Rela Memakan Daging Manusia dengan Alasan Kesempurnaan Hidup, Namun Menolak Membunuh
Mereka hidup untuk mencapai kesempurnaan, biasa disebut moksa, yang berarti pembebasan dan menyatu dengan sang pencipta.
Aghori menyembah Siwa atau Mahakala, perusak, dan Shakti atau Kali, dewi kematian. Aghori biasanya ditemukan berada di dekat lokasi kremasi, yang paling terkenal di India yaitu Varanasi.
Selain itu, mereka juga dapat ditemukan di daerah lain yang jauh lebih terpencil, termasuk gua-gua dingin di Himalaya, hutan lebat di Bengal, dan gurun pasir Gujarat yang panas.
Menurut kepercayaan Aghori, pembebasan dapat dicapai dengan merangkul praktik yang dianggap tabu oleh masyarakat Hindu ortodoks.
Salah satu praktik paling terkenal dari Aghori adalah kanibalisme. Meski begitu, Aghori tidak pernah dan menolak membunuh manusia guna mendapatkan daging mereka.
Baca: 6 Aktivitas Malam Ini, Lebih Mudah dan Ampuh Turunkan Berat Badan. Apa Saja?
Baca: Warga Temukan Ular Seukuran Badan Manusia Berwarna Putih di Gua Sedalam 200 Meter
Sebagai gantinya, daging mayat diperoleh dari tempat kremasi lalu mereka konsumsi. Daging manusia ini sering dimakan mentah, meski kadang juga dipanggang di atas api terbuka.

Salah satu keyakinan orang-orang Aghori adalah mereka tidak meyakini perbedaan dan semua itu hanyalah sebuah kepalsuan belaka.
Aghori berpendapat jika mereka tak pernah melihat kebaikan dan kejahatan, maka mereka juga tidak membedakan daging manusia dan daging hewan.
Selain melakukan praktik kanibalisme, Sadhu Aghori juga dikenal meminum air kencing dan makan kotoran, praktik ini tak lain demi membunuh ego dan meninggalkan persepsi keindahan sebagai manusia.
Baca: 3 Dampak Minum Air Es yang Buruk Bagi Tubuh Walau Melegakan di Tenggorokan
Baca: Aksi Alain Robert, Spiderman di Dunia Nyata, Kembali Taklukan Gedung Pencakar Langit
Aghori juga mengabaikan pakaian selain hanya secaraik cawat mereka terkadang tak mengenakan busana sekalipun. Mereka menganggap hal ini untuk mengatasi rasa malu mereka dan menolak dunia material dan keteraikatan benda-benda meterial.

Untuk menghindari penyakit, Aghori mandi menggunakan abu sisa kreamsi, hal ini adalah bentuk tiruan dari yang dilakukan Dewa Siwa.
Tengkorak yang selalu dibawa Aghori juga memiliki makna lain.