Kisah Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang 'Gagal' Naik Haji, Tulisan Tahun 1989
Selama ini tak seorang pun di antara para sultan Yogyakarta sempat pergi naik haji, walaupun mereka menyandang gelar...
Sri Sultan juga telah memberikan contoh 49 tahun yang lampau, pada hari-hari setelah ayahnya mangkat.
Waktu itu ia sudah mendapat isyarat sebagai pewaris tahta, karena ayahnya beberapa hari sebelum mangkat telah menyerahkan kepadanya Kanjeng Kyai Joko Piturun, keris pusaka lambang suksesi di Keraton Yogyakarta.
Ayahnya, ketika berkunjung ke Bogor, juga telah meminta kepada Gubernur Jenderal Jhr. Alidius W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer agar putranya, Gusti Raden Mas (GRM) Dorojatun, dapat diangkat sebagai putra makota.
Selain didukung oleh tindakan-tindakan ayahnya, kedudukan GRM Dorojatun sebagai pewaris tahta diperkuat oleh kenyataan bahwa ia adalah putra seorang garwo padmi. Walaupun demikian, ia masih merasa perlu berembuk dengan saudara-saudara dan paman-pamannya dan bertanya kepada mereka apakah ada yang berhasrat menjadi sultan.
Ternyata para kerabat keraton dengan kompak mendukungnya sebagai 'kepala keluarga' mereka. Barulah sesudah itu ia melangkah maju ke meja perundingan dengan Gubernur Yogyakarta Lucien Adam untuk membuat perjanjian antara kesultanannya dengan pemerintah Hindia Belanda sebagai syarat bagi pengangkatannya menjadi sultan.
Cair pendekatan yang serupa kini terjadi pula di kalangan kerabat keraton dalam menyongsong 'kedatangan' sultan yang baru.
Wawancara 12 jam
Wawancara pada 8 Oktober 1981 berlangsung paling lama di antara beberapa kali pertemuan antara Sri Sultan dengan tim penyusun buku Tahta Untuk Rakyat - Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwnno IX.
Buku ini disiapkan untuk menyongsong hari ulang tahun ke-70 Sri Sultan pada 12 April 1982, hanya enam bulan setelah wawancara panjang ltu.
Sebagai sumber utama bahan penulisan biografi ini, ia dengan sabar membantu kami mengenali foto-foto lama, terutama yang berasal dari keraton dan yang bersangkutan dengan kegiatannya pada masa perang kemerdekaan.
Baca: Prakiraan Cuaca Jambi Hari Ini, Hujan Lebat dan Angin Kencang Diperkirakan Terjadi di 4 Kabupaten
Kepada kami ia meminjamkan sekopor album berisi tidak kurang dan sepuluh album foto. Kepadanya kami serahkan seluruh naskah untuk diperiksa sebelum dikirimkan ke penerbit
Sri Sultan mengajukan satu permmtaan yang agak mengejutkan, tetapi sebenarnya tidak mengherankan jika mengingat wataknya. Ia menyarankan perombakan atau pemotongan salah satu tulisan dari seorang penyumbang, karena ia menganggapnya mengandung pujian yang berlebihan.
Tim penyusun Tahta Untuk Rakyat diketuai almarhum Mohammad Roem, mantan menteri dan penandatangan 'Pernyataan Roem - van Royen'. Anggota tim lainnya adalah Mochtar Lubis, Sutan (Bob) Maimoen, Kustiniyati Mochtar dan saya.
Wawancara paling lama, yang diadakan di rumah peristirahatan 'Widaranti' di Cisarua, Puncak, berlangsung selama dua belas jam - mulai pukul 10.00 - 22.00. Suasana perbincangan itu agak santai dan informal dan sekali-sekali diselingi gelak tawa, karena Sri Sultan telah lama mengenal para pewawancara.