Dulu Dimusuhi Sekarang Diburu, Hewan Ini Diyakini Bisa Dongkrak Vitalitas Pria
Setiap ubur-ubur dibeli dengan harga berbeda. Mulai Rp 3.000, hingga Rp 5.000 per ekor,
Laporan Wartawan Tribun Jambi Zulkifli
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Selain ikan dan udang, nelayan di Nipah Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sejak dua bulan terakhir gencar memburu ubur-ubur.
Binatang laut yang awalnya dianggap musuh nelayan itu, kini menjadi pundi-pundi rupiah semenjak beroperasinya perusahaan pengekspor ubur-ubur di sana.
Dulu, ubur ubur dianggap musuh nelayan. Namun berbeda pada saat ini. Hewan laut yang memiliki tubuh bening berbentuk payung berumbai itu menjadi komuditas laut yang paling diburu nelayan setempat.
Semenjak adanya anak perusahaan pengepul ubur-ubur asal Kalimantan di Nipah Panjang, sejak dua bulan lalu, keberadaan ubur-ubur menjadi berkah. Sebelumnya, nelayan hanya mencari kepiting, udang dan ikan. Kini , mereka beralih menangkapi ubur-ubur untuk dijual ke perusahaan.
Hewan lunak tak bertulang yang terkesan menakutkan dan berbahaya ini diolah dan diekspor ke luar negeri , seperti Malaysia.
Staf Penanggung Jawab Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjab Timur, Eswadi, mengatakan cabang perusahaan pengepul ubur-ubur di Tanjab Timur ini dibawah bendera PT Samudra Indah Jaya. Perusahaan itu berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat.
"Perusahaan ini ekspansi bekerjasama DKP Tanjab Timur. Dan menumpang tempat di PPI yang berkedudukan di Kelurahan Nipah Panjang Satu, Kecamatan Nipah Panjang," ujarnya, Selasa (20/2).
BACA HP Lenyap Saat Marjuki Mandi, Polsek Kumpeh Langsung Menelusuri, Hasilnya
BACA Inspiratif, Satpam 'Main' Saham di Pasar Modal dan Untung, Sekarang Punya Portofolio Rp 140 Juta
Eswandi mengatakan setiap ubur-ubur dibeli dengan harga berbeda. Mulai Rp 3.000, hingga Rp 5.000 per ekor, tergantung ukuran dan klasifikasi. Ada yang kelas A, kelas B dan kelas C.
Setiap hari, perusahaan yang memiliki 15 karyawan ini mampu mengolah 1.000 ekor ubur-ubur dari nelayan. Dan sejak beroperasi, perusahaan telah mengekspor sekira delapan ton ubur-ubur hasil tangkapan nelayan Nipah Panjang.
Proses pengolah ubur-ubur setelah dibeli dari para nelayan, kemudian dilakukan dengan cara memisahkan kepala dari badan. Setelah itu direndam menggunakan garam selama tiga hari untuk menghilangkan lendir sekaligus sebagai fermentasi supaya awet.

Dia mengatakanubur-ubur ini di packing dan dikirim ke eksportir untuk diekspor ke Pulau Burung, Malaysia, dalam keadaan diolah secara sederhana melalui penggaraman guna meningkatkan keawetan.
“Ubur-ubur yang diekspor ini setelah diolah bisa dijadikan bahan campuran makanan, tak hanya lezat di lidah, ubur-ubur juga sangat bermanfaat untuk menambah vitalitas pria”, ungkapnya.
Pantauan tribunjambi.com, ratusan ekor ubur-ubur hasil tangkapan nelayan direndam air bercampur garam, di beberapa kotak yang terbuat dari kayu. Tampak pula, tong putih berukuran sekira 30 liter yang berisi ubur-ubur yang siap untuk diekspor.
BACA Nah, 22 ASN dan Tenaga Kontrak Kena Razia, Nasibnya Bakal Seperti Ini