Kakak Beradik Digerebek Warga, Mesum Sekian Tahun, Pengakuannya Mengejutkan, Sampai Punya 2 Anak

Terungkapnya praktik pernikahan sedarah atau inses di Kabupaten Karimun mengejutkan warga setempat.

Editor: bandot
TRIBUN BATAM
Pasangan suami-istri, Arman dan Siti, yang ternyata abang-adik kandung (inses) yang tinggal di Karimun. 

"Yang akui mereka adik kakak kandung itu Arman sendiri," kata seorang warga setempat, Dohar Harahap, Sabtu (10/2/2018).

Keduanya kemudian dibawa ke Masjid Agung Karimun di Jalan Poros oleh warga.

Baca: Suasana Penguburan 27 Orang Korban Meninggal di Tanjakan Emen, Bikin Merinding!

Saat di Masjid Agung, juga hadir aparat kepolisian dan TNI.

Di sana warga bersepakat agar Arman meninggalkan Karimun.

Sementara Siti dan anak-anaknya tetap berada di Karimun.

"Yang laki-laki sudah meninggalkan Karimun. Tadi diantar anggota ke Roro tujuan Tanjung Buton. Yang perempuan masih disini. Untuk saat ini kita menjaga kondusifnya Karimun. Kelanjutannya akan kita bicarakan nanti," kata Kapolsek Meral, AKP Badawi yang dijumpai di Mapolsek, Jumat malam.

Sebagian Besar Hubungan Inces Berawal dari Sini

Dilansir dari Tabloidnova.com, pakar hipnoterapi perilaku dan ahli regresi Nicolas Aujula mengatakan, bahwa dia telah menangani sejumlah pasien yang memiliki hubungan inses atau hubungan sedarah.

Studinya mengenai penyebab hubungan inses ditampilkan dalam film dokumenter Taboo Hunters.

"Bentuk inses yang paling umum adalah antara saudara kandung, yang lebih mudah terjadi ketika anak yang lebih tua laki-laki, dan memaksa adik perempuannya terlibat kontak seksual, biasanya selama masa pubertas. Jarang terjadi jika pihak perempuannya lebih tua daripada yang laki-laki," paparnya.

Hubungan sedarah antara ayah kandung atau ayah tiri dengan anak perempuan berada di peringkat kedua.

Ketika hubungan inses melibatkan anak-anak, hal ini jelas merupakan suatu penganiayaan seksual yang dipicu oleh perilaku mendominasi, dan perilaku menyimpang yang terjadi pada masa kanak-kanak.

"Bisa juga muncul suatu kenikmatan pada pihak penganiaya, untuk memulihkan kembali pengalaman diremehkan atau diperlakukan tidak adil di masa lalu," ujar Aujula.

Menurutnya, 50 persen kasus ketertarikan seksual genetik terjadi ketika anggota keluarga bertemu untuk pertama kalinya sebagai orang dewasa.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved