Penelusuran Tribun Kehidupan Pengemis di Bali, Mengejutkan, Sebulan Bisa Rp 9 Juta
... yang beroperasi di Ubud rutin menabung ke bank setiap bulan, dengan nominal Rp 2 juta hingga Rp 6 juta.
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI.COM - Mengemis ternyata menjadi pekerjaan rutin yang dinikmati bagi sejumlah orang, bukan lagi keterpaksaan akibat tekanan ekonomi yang berat. Tak terkecuali di Bali. Destinasi wisata para turis lokal dan mancanegara itu seolah jadi “peluang” meraup uang. Ini buktinya.
Waktu menunjukkan pukul 01.00 WITA di persimpangan Jalan Imam Bonjol (Denpasar)–Sunset Road (Badung), Senin akhir Januari lalu. Saat itu sebuah angkutan kota terparkir dekat sekumpulan tujuh pengemis yang ada di sana.
Para pengemis lantas bergegas menghampiri angkot. Satu per satu mereka naik ke dalam angkot. Beberapa menit kemudian, mereka pun dibawa sopir angkot menuju arah utara Jalan Imam Bonjol.
Tribun mencoba membuntuti mobil yang mengangkut para pengemis tersebut. Mereka rupanya diturunkan di Jalan Imam Bonjol, tepatnya di depan Gang VII. Persis 100 meter ke selatan dari arah Terminal Tegal Imam Bonjol.
Para pengemis itu terlihat memasuki gang-gang kecil.
Hasil penelusuran Tribun, para pengemis ini ternyata tinggal indekos di gang-gang kecil Jalan Pulau Biyak, Banjar Tegal Gede, Desa Pemecutan Kelod, Denpasar Barat.
Saat Tribun mengunjungi rumah kos mereka sehari kemudian, tampak dua anak kecil berpakaian lusuh berjalan menuju warung makanan di sebelah kos tersebut.
Usai membeli makanan ringan, mereka kembali menuju kamar kos masing-masing.
"Iya di sini warga Munti tinggal. Sudah lama mereka kos di sini. Setiap hari ya tidur di sini," kata tuan rumah kos.
Terdapat banyak kamar di tempat kos itu. Namun, saat ini sudah terisi penuh.Sewa satu kamar kos sederhana itu sebesar Rp 350 ribu per bulan.
Selama sepekan, Tribun melakukan penelusuran terkait aktivitas para pengemis di Bali. Nyatanya, penghasilan yang menggiurkan menjadi alasan utama para pengemis bertahan.
Mungkin tak ada yang menyangka bahwa mereka bisa mendapatkan uang hingga Rp 9 juta per orang dalam sebulan. Itu artinya, sekitar Rp 300 ribu dalam sehari.
Itu setara gaji seorang asisten manajer di perusahaan lokal.
"Ya bisa dapatlah Rp 250 ribu," ungkap Nyoman Sari, seorang pengemis yang ditemui Tribun pada akhir Januari lalu di trotoar pinggiran Jalan Raya Ubud, Gianyar.
Sari mengemis bersama dua anaknya. Satu masih balita dan satu lagi berusia 9 tahun. "Anak saya yang besar itu sebetulnya bersekolah, sudah kelas tiga. Karena saya ajak ke sini, dia gak masuk dulu beberapa hari," imbuh perempuan itu sambil menunjuk ke anaknya yang berusia 9 tahun.
Nyoman Sari berasal dari Banjar Munti Gunung, Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.
Di persimpangan Jalan Imam Bonjol (Denpasar) - Sunset Road - Raya Kuta (Badung), seorang perempuan pengemis mengaku mendapatkan penghasilan sekitar Rp 150 ribu dalam sekali mangkal di satu tempat.
Jika sampai dua kali mangkal di tempat berbeda, dia bisa meraup total Rp 300 ribu dari kegiatan mengemisnya dalam sehari.

Tribun juga sempat ngobrol dengan pengemis perempuan itu. Ia menggendong bayinya saat meminta-meminta ke pengguna jalan.
BACA Selamat Pagi, Ini 6 Link Pintasan Berita Populer Kemarin, dari Peluang CPNS dan Ayam Kampus
BACA Banyak yang Belum Registrasi Kartu Seluler, Padahal Kalau Sudah Ini Keuntungannya
"Saya kerja bikin tamas di rumah, tapi hasilnya tidak cukup untuk biaya hidup. Karena itu, saya melakukan ini (mengemis)," tutur pengemis yang juga berasal dari Munti Gunung itu. Tamas adalah wadah untuk sesajen yang biasa dibuat dari janur.
Seorang pengemis lainnya yang juga dijumpai Tribun di Ubud mengungkapkan paling apes penghasilannya sekitar Rp 50 ribu dalam sekali beroperasi. Saat Tribun berbincang, seorang rekan pengemisnya menghampiri.
Selama mengemis, sehari-hari mereka tinggal di emperan toko di seputaran Ubud. Namun, keduanya mengaku memiliki rumah di Padang Sari, Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Karangasem.
"Saya mau mandi dulu ya, mau pergi," kata salah satu pengemis lalu buru-buru pergi saat Tribun mendekat untuk mengajaknya mengobrol.
Di Ubud, para pengemis biasanya memilih tempat mangkal di kawasan dekat barat Patung Arjuna hingga satu kilometer ke arah barat.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem, Ni Ketut Puspakumari, membenarkan bahwa penghasilan seorang pengemis dari Munti Gunung bisa sampai Rp 9 juta dalam sebulan.
Mereka, menurut Puspakumari, kebanyakan beroperasi di kawasan Ubud, Denpasar dan di perbatasan Kuta-Denpasar.
"Sekarang lebih sedikit yang beroperasi di Kuta, lebih banyak di Ubud. Sasaran operasinya memang daerah yang banyak wisatawan asing. Kami pernah mendata, penghasilan para pengemis itu antara Rp 6 juta hingga Rp 9 juta sebulan. Karena itu, sulit untuk menghentikan mereka mengemis. Hasilnya banyak," kata Puspakumari.
Dinsos Denpasar pernah menemukan seorang pengemis yang membawa tas berisi duit sebesar Rp 4.744.000 saat si pengemis dibawa ke Kantor Dinsos setelah kena razia.
Pengemis itu mengaku mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu minggu meminta-minta.
Bahkan dari keterangan sejumlah pegawai bank di Ubud, para gepeng (gelandangan dan pengemis) yang beroperasi di Ubud rutin menabung ke bank setiap bulan, dengan nominal Rp 2 juta hingga Rp 6 juta.
Pura-pura Cacat
Menurut Kepala Satpol PP Denpasar, I Dewa Gede Anom Sayoga, di Denpasar lebih banyak pengemis dari luar Bali daripada pengemis lokal.
Ada yang unik dari pengemis di Denpasar. Mereka, kata Anom Sayoga, banyak yang berpura-pura cacat, bahkan ada yang pura-pura gila. Segala cara dilakukan untuk membuat masyarakat umum iba kepada mereka.
"Pura-pura stres ada. Kalau yang pura-pura ini kebanyakan dari luar Bali, karena sempat saya cek kapan hari. Kami kan belajar dari kejadian-kejadian yang pernah ditayangkan di televisi. Makanya, kami periksa mereka saat razia. Terbongkarlah kepura-puraan mereka," kata Anom Sayoga.
Pengemis di Denpasar mengincar kawasan keramaian, seperti di persimpangan yang ada traffic light, depan mal, dan sekitar pasar. (tribun bali)
BACA Info Cuaca Hari Ini, Warga Jambi di Wilayah Ini Sebaiknya Siap-siap Hujan Lokal