21 Tahun Hidup Dengan Buaya dan 6 Warga Tewas Dimangsa Buaya! Pengakuan Pria Ini Bikin Melongo

Ada-ada saja yang yang terjadi di dunia ini. Dan memang semuanya mungkin saja benar-benar terjadi. Kali ini ada cerita seorang lelaki

Editor: Suci Rahayu PK

TRIBUNJAMBI.COM, BANDUNG – Ada-ada saja yang yang terjadi di dunia ini. Dan memang semuanya mungkin saja benar-benar terjadi.

Kali ini ada cerita seorang lelaki yang memelihara seekor buaya besar selama puluhan tahun.

Buaya yang dibelinya dari seorang nelayan di Pantai Pangandaran tahun 1997 itu kini telah berumur 21 tahun.

Baca: Cantik dan Jago Kayuh Sepeda, Ternyata Liontin Evangelina Setiawan Pernah Gemuk dan Punya Penyakit

Beranya saja, sudah mencapai 200 kilogram (kg).

Dia adalah Muhammad Iwan (41), sang tuan.

Iwan sudah menganggap buaya yang diberi nama Kojek ini sebagai hewan kesayangan dan memeliharanya di dalam rumah.

Waktu masih kecil, Iwan membeli buaya itu seharga £1.31 (RM7.20).

Anak Iwan yang masih berusia dua dan 10 tahun pun terlihat sangat dekat dengan buaya yang memiliki panjang mencapai 2,64 meter ini.

Dalam satu foto terlihat Iwan sedang memandikan Kojek di pekarangan rumahnya di Daerah Sempur, Jawa Barat.

Baca: Hotman Paris Dimarahi Para Konglomerat, Penyebabnya Dia Lakukan Hal Ecek-ecek Ini

Menurut Iwan, Kojek sudah benar-benar jinak dan tidak akan menyerang anak-anaknya.

Iwan masih ingat, awal pertama kali membeli Kojek hanya sepanjang 25 sentimeter.

Kojek pun hanya hidup terbatas di dalam akuarium berukuran sederhana.

Ia diberi makan ikan hidup.

Baca: Selamat Pagi, Ini 6 Link Pintasan Berita Populer Kemarin, dari Peluang CPNS dan Ayam Kampus

Seiring pertumbuhan Kojek yang semakin besar, Iwan harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan makanan Kojek.

Setiap minggu Iwan belanja sekitar £2.61 (RM14.30) untuk membeli ikan emas segar kesukaan Kojek.

Dan setiap hari, 1,5 kg hingga 5 kg ikan mas itu diberikan kepada Kojek.

Kisah Iwan dan Kojek beredar luas di dunia maya.

Tak ayal, sejumlah orang asing dari Amerika, Australia dan Eropa berbondong-bondong datang ke rumah Iwan untuk melihat langsung satu reptil terganas di dunia ini.

Iwan dan buaya (net)
Iwan dan buaya (net) ()

“Ketika Kojek masih kecil, ia agresif, malah pernah menggigit jari saya. Tetapi selepas memeliharanya di rumah ia menjadi jinak," sebut Iwan.

“Ia memang nampak menakutkan, tetapi suka berinteraksi dengan manusia. Saya sukakan buaya dan mengambil berat terhadap Kojek. Mungkin ia menganggap saya bapaknya. Dia hewan yang baik,” tambah Iwan.

Setiap minggu, Iwan akan membersihkan kolam tempat Kojek tinggal.

Tak hanya itu, Iwan pun membersihkan kulit serta gigi Kojek.

Ayah dua anak ini menyebutkan ada yang hendak membeli Kojek seharga £52,300 (RM290,000).

Namun ia menolaknya. Iwan menganggap Kojek sebagai bagian dari keluarganya. (Agensi/myMetro Online)

Ini videonya :

6 Warga Tewas

Ganasnya buaya Sungai Sembulu diakui warga Desa Tanjungbatu Itam, KA Jusni (55).

Ia menceritakan buaya di muara sungai itu sering sekali muncul terutama malam hari.

Bahkan ada nelayan yang mengaku pernah melihat buaya sepanjang tujuh meter.

Jusni mengungkapkan sejak tahun 2000-an hingga sekarang, serangan buaya di muara Sungai Sembulu telah menewaskan enam orang.‎

"Dari enam orang, cuma satu yang utuh ditemukan. Yang lainnya ada yang ketemu pahanya. Yang jelas sering kejadian seperti ini," ujarnya ditemui posbelitung.com beberapa waktu lalu saat sedang menyaksikan upaya pencarian Juhardi, nelayan setempat yang hilang diduga kuat akibat diserang buaya Sembulu.

Meski kerap menjadi sasaran serangan buaya, kata Jusni, nelayan tetap melaut di sekitar muara Sungai Sembulu. Kawasan ini dikenal nelayan sebagai kawasan yang mudah untuk mencari ikan.

"Bukan kami ini tidak takut, ya mau bagaimana lagi, usaha kami di situ. Cuma, kami tidak berani ke tempat yang dalam, cuma di air yang sebetis, cari ketam. Setiap malam kami ketemu buaya di sini. Kelihatan matanya," tutur dia.

Baca: Astaga! Pacari Bocah Perempuan SD, Lesbian Ini Juga Sentuh Bagian Intim dan Fakta Tak Disangka

Baca: Video - Sedang Apel dan Diberi Tugas Kapolres, Polwan Ini Tiba-tiba Nangis, Diapain ya?

Habitat Buaya Rusak

Kepala Exofficio Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Beltim Ikhwan Fahrozi mengatakan ada keterkaitan kasus serangan buaya kepada manusia beberapa waktu terakhir dengan rusaknya habitat reptil ganas ini, terutama di wilayah Sungai Sembulu.

"Untuk melakukan langkah-langkah, seperti untuk menyeimbangkan populasi buaya ini, kami perlu berkoordinasi. Sangat banyak lintas sektoral yang perlu dikoordinasikan. Inilah yang menjadi kendala," ujar Ikhwan baru-baru ini.

Pemerintah Kabupaten Belitung Timur mengakui tak memiliki data terkait jumlah populasi buaya. Padahal, populasinya berlebih.

Penilaian seperti itu baru didasarkan pada perkiraan karena masifnya serangan buaya dan memakan sejumlah korban‎.

Ikhwan mencontohkan, saat ini saja mulut muara Sungai Sembulu telah bertambah lebar karena abrasi akibat banjir Beltim beberapa waktu lalu.

Rusaknya lingkungan ditambah populasi yang berlebih ini akhirnya menjadikan manusia bagian dari rantai makanan buaya. ‎

"Lingkungannya rusak, sumber makanannya berkurang karena jumlahnya berlebih, dan manusia sekarang menjadi bagian dari rantai makanan,"ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved