Yuk Intip Kehidupan Ayam Kampus, Mulai Tarifnya, Biaya Hidup hingga Gaya Hidup
Sebut saja namanya Kenanga. Tinggi badannya memang tak menjulang, tapi perawakannya sintal padat berisi. Wajahnya teduh, tak menyiratkan aura binal.
Alasannya, karena tak perlu ganti-ganti pasangan yang dikhawatirkan membuat identitasnya cepat terbongkar.
Pertimbangan lain, ia merasa pundi-pundi uang yang didapat jauh lebih besar.
"Jadi kalau butuh uang tinggal minta, nggak perlu berhubungan seksual dengan beberapa pria (untuk mendapatkan jumlah tertentu)," tandasnya.
Tak hanya satu orang, Cinta mengungkapkan, kini ada dua pria beristri yang menjadi pelanggan tetapnya.
Mereka berprofesi sebagai pengusaha yang tinggal di Surabaya dan Semarang.
Keduanya pun tidak saling mengenal satu sama lain, dan ia menjaga kerahasiaan itu.
Dengan menjadi simpanan, Cinta merasa 'diopeni' dan serba kecukupan, khususnya dari segi financial.
Setiap kali bertemu, ia diberi uang minimal Rp 1 juta dan paling banyak Rp 6 juta sekali kencan.
"Model transaksi, kalau ketemu pasti kasih, minimal Rp 1 juta-Rp 2 juta. Kadang tidak ketemu pun tiba-tiba ditransfer uang tanpa saya minta," imbuhnya.
Cinta tidak memungkiri alasan dirinya mau menjadi wanita simpanan untuk membeli sejumlah barang, atau dengan kata lain agar bisa mempunyai segala benda branded dan up to date.
"Kalau yang di Surabaya ditawari pengen belanja apa, paling biasanya baju, kalau handphone belum. Pelan-pelan saja, biar tidak terlalu kelihatan moroti, pura-pura sayang," ucapnya seraya tertawa.
Uang yang diperolehnya sebagai ayam kampus simpanan itu tidak dipakai untuk biaya kuliah, karena ia masih mendapatkannya dari orangtua.
Selain itu, Cinta juga takut orangtuanya curiga jika tidak lagi meminta uang saku untuk kebutuhan pendidikan dan hidupnya di Semarang. (tim)