Fahmi Basya Ngotot Sebut Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman. Dalilnya Dipertanyakan

Matematikawan dan pendakwah Islam KH Fahmi Basya menantang siapapun untuk membuktikan Candi Borobudur dibangun pada abad 8

Editor: Fifi Suryani
Tribun Jogja
Sejumlah wisatawan asing nampak berjalan di pelataran Candi Borobudur. 

Sejumlah temuan prasasti menunjukkan bangunan suci yang didirikan untuk tempat ziarah.

Meski demikian dari aneka artefak sejarah itu memang belum ada yang menyebut secara persis nama Borobudur.

Pengaruh budaya Budha dari India menurut Pradnyawan demikian kuatnya di Candi Borobudur, sehingga tidak membuka kemungkinan bangunan ini didirikan oleh peradaban Islam.

Presentasi Fahmi Basya mendapatkan tanggapan riuh rendah dari audiens yang hadir.

Umumnya menanggapi tesis itu dengan skeptis hingga nyinyir karena tidak menemukan konteks rasio keilmuan.

Murad, seorang pemandu tur di Borobudur, bahkam menuding klaim Fahmi Basya membahayakan Borobudur.

Ia pernah melihat para pengikut teori Fahmi Basya yang penasaran, berusaha membuktikan klaim-klaim teori itu secara fisik.

"Ada yang pernah menggaruk-garuk celah relief dengan benda tertentu karena ingin meyakinkan ruangan itu bisa terbuka dengan kunci tertentu. Ini jelas berbahaya," kata Murad di forum yang dimoderatori secara gayeng oleh Susilo Nugroho alias Den Baguse Ngarso ini.

Hendro Martono, guru sejarah di SMK 1 Temanggung menyebut Fahmi Basya merilis teori yang berlawanan dengan apa yang selama ini sudah jadi pendapat intelektual yang dipakai rujukan pengetahuan sejarah.

"Pak Fahmi menggunakan dasar keyakinan agama, sedangkan arkeolog dan sejarah tentu dengan dasar bukti, fakta, dan temuan yang teruji secara keilmuan. Ini contradictio in terminis. Susah nyambungnya," kata Hendro yang datang dari Temanggung karena penasaran.

"Saya kira guru takkan goyah mengajarkan pengetahuan sejarah dari yang selama ini umum kita dapatkan," jawabnya ditanya apakah teori Fahmi Basya ini bisa mempengaruhi pemahaman di tengah publik tentang sejarah Borobudur.

Seorang perempuan guru asal Jombang dengan polosnya bertanya ke Fahmi Basya, untuk alasan apa Nabi Sulaiman datang ke Jawa dan membangun sebuah candi.

Pertanyaan ini disambut tawa riuh dari para peserta dialog.

Sindung Tjahjadi MHum dari Fakultas Filsafat UGM menyebut teori Fahmi Basya ini sepertinya mendekati penggunaan "utak-atik gathuk".

Menyambung-nyambungkan sesuatu yang belum tentu berhubungan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved