Galungan, Menangkan Sifat Mulia Dari Gempuran Sifat Sang Kala Tiga

Umat Hindu kembali merayakan Hari Raya Galungan. Secara umum kita sudah pahami, Galungan merupakan

Editor: rida
kompas.com
Umat Hindu menjalani persembahyangan dalam rangka Hari Raya Galungan, Rabu(7/9/2016) 

TRIBUNJAMBI.COM- Umat Hindu kembali merayakan Hari Raya Galungan.

Secara umum kita sudah pahami, Galungan merupakan hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).

Namun kita sadari bersama, situasi Bali saat ini tidak berada pada kondisi kondusif.

Baca: Hasil Liga Champions, Bek Asal Perancis Torehan Sejarah Tiga Gol Dalam Satu Laga

Baca: Olympiakos vs Barcelona, Suporter Berlari Masuk Lapangan Lalu Memeluk dan Mencium Messi

Terjadi gejolak di setiap lini.

Mulai dari gejolak alam seperti ancaman erupsi Gunung Agung.

Gejolak antara masyarakat dengan pemerintah, serta gejolak-gejolak politik, yang berimbas pada kehidupan masyarakat.

Karena itu, marilah kita jadikan momen Hari Raya Galungan untuk mulat sarira atau introspeksi diri.

Baca: Man Utd Vs Benfica, Ini Penjelasan Jose Mourinho Soal Kehadiran Eksekutor Penalti Baru

Baca: UMP DKI 2018, Ditetapkan Anies Baswedan Rp 3.9 Juta Perbulan atau

Merenung untuk menjadi lebih baik.

Dalam rangkaian peringatan Galungan, dalam sejumlah lontar dikatakan, bahwa sejak Redite Pahing Dungulan atau hari Minggu ini, kita didatangi oleh Sang Kala Tiga.

Kala Tiga ini ialah Sang Bhuta Galungan (suka bertengkar), Sang Bhuta Dungulan (suka berkuasa), dan Sang Bhuta Amangkurat (egois).

Simbol keburukan tersebut tidak bisa kita hindari hanya dengan menghaturkan bebantenan.

Sebab sifat-sifat buruk tersebut tidak berada di luar diri manusia.

Tetapi berada di dalam.

TRIBUN BALI
IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYA NANDA
IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYA NANDA /TRIBUN BALI

Karena itu, untuk menaklukannya, kita harus introspeksi diri.

Jangan biarkan sifat-sifat tersebut terus menerus menguasai diri kita.

Sekali lagi saya tekankan, di Hari Raya Galungan inilah kita jadikan momen untuk kembali masuk ke dalam hakikat manusia.

Orang bijak mengatakan, “Patitis ikang jnana sandhi, galang apadang mariakna byaparaning idep.”

Maknanya, hendaknya ilmu pengetahuan digunakan sebagai sandaran utama pikiran dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup dan kehidupan.

Kelahiran manusia ke bumi, dibekali jasmani yang mulia.

Maka di Galungan ini, kita harus memenangkan hal yang bersifat mulia tersebut dari gempuran sifat Sang Kala Tiga.

Caranya kita harus mengeliminasi setiap kebutuhan jasmani yang berlebihan.

Jika tidak bisa mengeliminasi, minimal harus diminimalisir.

Jika hal tersebut berhasil dilakukan, maka Hari Raya Galungan ini akan betul-betul bermakna.

Yakni Galungan bukan hanya sebuah perayaan pesta.

Tetapi lebih banyak dijadikan renungan untuk ‘ingat’ atau 'sadar'.

Orang sadar merupakan orang yang penuh degan kecemerlangan, sama seperti konsep Tuhan.

Di mana beliau dipuja sebagai kecemerlangannya.

Dalam ajaran agama Hindu, dikatakan bahwa Tuhan berada dalam diri manusia.

Jadi marilah kita bangun kecemerlangan (sifat Tuhan).

Bila sifat kecemerlangan itu terpancar di alam semesta, dunia ini akan menjadi indah dan damai. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved