Masyarakat Depati Tujuh Kerinci Ini Terpaksa Jalan di Atas Bentangan Bambu

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Warga desa di pinggiran sungai Batang Merao, Kabupaten Kerinci mengeluhkan

Penulis: hendri dede | Editor: ridwan
zoom-inlihat foto Masyarakat Depati Tujuh Kerinci Ini Terpaksa Jalan di Atas Bentangan Bambu
TRIBUN JAMBI/AWANG AZHARI
29012016_jembatan putus2

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Warga desa di pinggiran sungai Batang Merao, Kabupaten Kerinci mengeluhkan belum dibangunnya jembatan. Terutama jembatan di desa Koto Panjang, Kecamatan Depati Tujuh yang kondisinya mengkhawatirkan.

Kadis Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Kerinci, Harmin membenarkan jembatan tersebut cukup parah. Pihaknya akan pembahasan dulu untuk melakukan pembangunan. Dia belum bisa memastikan kapan akan dibangun. "Nanti kita kaji dulu. Kita cek, baru nanti dibahas untuk dibangun dengan anggaran yang ada," imbuhnya.

Menurut warga setempat jembatan tersebut dibuat dari batang bambu secara gotong royong oleh warga. Marsman warga desa Koto Panjang mengatakan jembatan tersebut sudah bertahun-tahun digunakan warga. Setiap tahun diganti warga dengan bambu.

Kata Dia, masyarakat cemas saat lewat. Apalagi saat hujan, jembatan menjadi licin dan sulit dilewati. "Warga yang lewat kadang sering tergelincir saat hujan. Ini baru saja diganti dengan bambu yang baru," jelasnya kepada Tribun kemarin.

Jelas Marsman, tahun lalu ada dilakukan pembangunan jembatan dari pemerintah daerah, namun hanya membuat pondasi jembatan saja. "Jadi nampaknya terbengkalai tidak di perhatikan lagi. Akibat pemerintah tebang pilih dalam menentukan lokasi pembangunan," ungkapnya

Warga berharap jembatan yang jadi penghubung dalam aktifitas ini bisa segera dibangun dengan dana APBD Kerinci. Anggota DPRD Kerinci Dodo Harianto mengatakan jembatan tersebut sudah dianggarkan pada 2016 lalu. Anggota dewan Dapil Kecamatan Depati Tujuh ini menjelaskan pada 2016 lalu dianggarkan Rp 450 juta untuk pembangunan jembatan tersebut dari ABPD. Namun anggaran itu hanya cukup untuk membangun pondasi jembatan.

Sehingga tidak cukup untuk membangun jembatannya, hal ini membuat terbengkalai. "Jembatan ini akhirnya terbengkalai. Dibangun 2016, tapi dakdo dilanjutkan pada 2017," jelasnya

Dodo sudah mengusulkan untuk dilanjutkan pada 2017, namun tak ada anggaran menurut dinas pekerjaan umum (PU). Sementara pembangunan ini sangat mendesak. "Kita sayangkan juga. Karena ada balai (pasar), sekolah dan petani lewat jembatan itu," ucapnya

Dia mengatakan akan menyampaikan ke PU agar dibangun pada 2018. Karena menurut Dodo, anggaran yang diperlukan untuk membangun jembatan tersebut Rp 500 juta. "Kalau tambahan anggaran sekitar Rp 500 juta lah," sebutnya. (hdp)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved