Kelas Ekonomi Bawah Rentan Narkoba
Lima bulan terakhir 18 kg sabu diamankan Polda Jambi. Menurut akademisi sekaligus pemerhati sosial, Ferdiansyah Rivai
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Nani Rachmaini
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Jaka HB
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Lima bulan terakhir 18 kg sabu diamankan Polda Jambi. Menurut akademisi sekaligus pemerhati sosial, Ferdiansyah Rivai ini erat kaitannya dengan kelas ekonomi yang rentan.
Selama ini menurut Ferdi diskursus pemberantasan perdagangan dan penggunaan narkoba didominasi oleh wacana kesehatan, psikologi, serta hukum.
"Padahal, saya rasa semua pihak yang berkepentingan perlu untuk menitikberatkan pemberantasan penyalahgunaan narkoba dengan menggunaka perspektif ekonomi politik," ungkapnya, pada Senin (22/5).
Narkoba menurutnya adalah barang ekonomis yang memiliki nilai jual tinggi. Karena itu, hukum ekonomi pasar berlaku.
"Yaitu dinamika tarik menarik antara permintaan (pengguna) dan penawaran (produsen, bandar)," katanya.
Hal yang menurut Ferdi penting digarisbawahi adalah bahwa narkoba bukanl barang primer bagi manusia. Jadi walaupun banyak orang butuh hiburan dan punya persoalan sosial atau psikologis, masih ada medium lain yang bisa dijadikan kanalisasi.
"Oleh karena itu, menjual narkoba butuh strategi marketing khusus. Produsen harus bisa membuat orang-orang merasa dirinya butuh narkoba," katanya.
"Saya melihat, pihak-pihak yang berkepentingan belum menemukan rumusan pola strategi si produsen. Padahal ia penting diketahui bersama, agar semua elemen masyarakat bisa merumuskan langkah perlawanan dan pencegahan," ungkapnya.
Selanjutnya, Ferdi mengatakan perlu diketahui bahwa masyarakat kita yang mengalami kesulitan ekonomi masih sangat tinggi. Belum lagi ada sebagian masyarakat kita juga sangat terobsesi untuk menumpuk kekayaan. Layaknya barang ekonomis lainnya, narkoba juga punya rantai distribusi.
"Artinya, narkoba tidak langsung disalurkan oleh produsen ke konsumen. Di antara keduanya ada peluang ekonomi bagi distributor," ungkapnya.
Oleh karena itu, menurut Ferdi masyarakat miskin dan masyarakat yang terobsesi menumpuk kekayaan dengan cara mudah akan rentan untuk tergiur menjual narkoba.
"Setidaknya saya pernah mendengar ada cerita orang tua yang menjual narkoba demi menguliahkan anaknya. Ia berjanji setelah keinginanya terpenuhi ia akan berhenti. Namun malang, ia telah tertangkap terlebih dahulu," jelasnya.
Dari gambaran rantai distribusi ini, masyarakat menurut Ferdi harus sadar, bahwa selayaknya memasarkan barang-barang lain, maka para distributor narkoba pun akan menggunakan ragam cara agar barang dagangannya laku.
"Saya merasa diperlukan juga sebuah kerjasama aktif antar negara dalam memerangi narkoba. Seperti kita ketahui ada beberapa negara yang melegalkan perdagangan narkoba. Ini tentu menjadi ganjalan tersendiri. Karena walaupun kita mati-matian menghajar produsen di dalam negeri, para distributor tetap bisa mendapatkan barangnya dari luar negeri," katanya.