KDRT

Di Sarolangun, KDRT Rendah tapi Kekerasan Terhadap Anak Meningkat

Kekerasan di dalam rumah tangga terhadap perempuan ibarat fenomena gunung es. Jumlah kekerasan yang tercatat belum tentu

Penulis: Herupitra | Editor: Fifi Suryani
KOMPAS.com/Hendra Cipto
Ilustrasi: N (13) terus menangis menahan rasa sakit setelah disiksa ibu kandungnya, Ra (24) dan ayah tirinya, Ar (25), saat mendapat perawatan tim medis di RS Bhayangkara, Makassar, Selasa (30/8/2016). 

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Kekerasan di dalam rumah tangga terhadap perempuan ibarat fenomena gunung es. Jumlah kekerasan yang tercatat belum tentu sama dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

Hal itulah yang disampaikan Peltu Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sarolangun, Febriati saat sosialisasi pencatatat dan pemetaan daerah rawan kekerasan KDRT, di Aula PKK Sarolangun, Kamis (27/4).

“Kekerasan dalam rumah tangga itu fenomena gunung es,” kata Febriati.

Sebab katanya, kasus yang bermunculan selama ini masih dianggap sebagai persoalan pribadi. Sehingga korban enggan melaporkan kejadian tersebut.

“Kasus yang tercatat belum tentu sama dengan kondisi yang terjadi di lapangan,” sebutnya.

Diungkapkannya, selama 2017 pihaknya bisa menekan KDRT yang terjadi di Sarolangun. Sehingga kasus KDRT yang dilaporkan kepada mereka dinilai masih rendah.

“Di Sarolangun KDRT masih rendah, tapi kekerasan terhadap anak meningkat,” ujanya tanpa menyebutkan jumlah pastinya.

Dia menyebutkan, ada beberapa kendala yang di hadapi DP3A Sarolangun dalam menanggani persoalan ini. Pertama masih adanya masyarakat yang tak menerima keberadaan mereka.

“Jadi kita minta perlindungan, sebab penah ada masyarakat yang menyebutkan kok Dinas ikut campur dalam pesoalan keluarga. Bahkan ada beberapa spanduk KDRT yang kita pasang hilang dan dirusak,” tuturnya.

Sementara itu asisten III Setda Sarolangun, Henriman pada acara tersebut menyampaikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi KDRT.

“Seperti faktor ekonomi, ini salah satu penyebab,” sebutnya.

Untuk itu dia berharap kepada petugas pemberdayaan perempuan yang telah dibentuk di setiap kecamatan bisa bekerja dengan baik, dengan melaporkan jika ada KDRT terjadi di tengah masyarakat.

“Jangan waktu ada lomba saja baru aktif, tolong dilaporkan jika ada kejadian. Dan perhatikan dengan baik,” ucapnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved