Fatoni, Pelukis yang Penasaran Bau Jengkol, Hingga Terbitlah Restoran Republik Jengkol

iang itu, Selasa (4/4/2017), Fatoni sesekali muncul dari balik jendela sambil menebar senyum. Tangannya memegang sepiring nasi

Editor: Nani Rachmaini
Pemilik warung makan Republik Jengkol, Fatoni (47) dengan sajian tongseng jengkol di bilangan Jalan Raya Bogor KM 24 No 27 tepat di samping pool taxi Blue Bird, Jakarta Timur, Selasa (4/4/2017). Sebelum membuka usaha warung makan, Fatoni bekerja sebagai pelukis dan desain grafis.(KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO) 

Saat ini "rakyat" di Republik Jengkol datang dari berbagai latar belakang. Mulai dari anak sekolah, orang kantoran, hingga pesohor baik dari dalam maupun mancanegara. Menu yang ditawarkan pun semakin beragam.

"Saya kepikiran sesuatu yang beda. Kebetulan yang saya olah itu bahan dasarnya jengkol. Jengkol itu setelah kita bisa menaklukan aromanya, kita bisa olah menjadi apa saja. Kuncinya setelah dipresto, mau kita tumis, mau dimasukkan ke kuah tumisan itu enak," jelasnya.

Dari awalnya hanya dua sajian, kini Republik Jengkol menyuguhkan 10 hidangan berbahan dasar jengkol. Menu lengkap di Republik Jengkol adalah Nasi Goreng Jengkol, Soto Jengkol Betawi, Semur Jengkol, Jengkol Lada Hitam, Tongseng Jengkol, Pasta Jengkol, Balado Jengkol, Rendang Jengkol, Mie Goreng Jengkol, dan Jengkol Sambal Hijau.

Setiap bulan Fatoni menghabiskan sekitar 28-30 kilogram jengkol untuk bahan masakannya. Setiap hari ia menjual sekitar 50-60 porsi di warung makan pertamanya.

"Kalau dirata-rata setiap hari omsetnya Rp 3 juta. Kalau lagi ramai hari Sabtu dan Minggu dan tanggal muda bisa sampai Rp 6 juta," ujarnya.

Namun, layaknya usaha pada umumnya, Fatoni sempat melewati kesusahan. Ia sempat menutup warung pertamanya di bilangan Halim Perdanakusuma.

http://assets.kompas.com/crop/0x49:780x439/780x390/data/photo/2017/04/04/552333467.JPG
Sepeda tua terparkir di sudut warung makan Republik Jengkol cabang pertama Republik Jengkol di Jalan Raya Bogor KM 24 No 27 tepat di samping pool taxi Blue Bird, Jakarta Timur, Selasa (4/4/2017). Republik Jengkol adalah warung makan yang menyediakan beragam jenis olahan jengkol.(KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO)

"Usaha saya maju sekitar pertengahan Desember 2016. Karena tahun 2012 bulan Desember pertengahan, warung yang di Halim kontraknya diputus. Pas stop itu karena di-support sama teman dan saya mau lanjutkan saja," kata Fatoni.

Kini, harapan Fatoni dari Republik Jengkol adalah bisa memasyarakatkan jengkol itu sendiri. Pada dasarnya, menurut Fatoni, jengkol adalah makanan yang enak bila tahu cara memasaknya.

"Beda makan jengkol di sini (Republik Jengkol), karena sampai buang air kecilnya pun gak bau. Lalu kenapa takut ya saya jualan jengkol. Wong yang bau itu saja banyak orang yang suka gimana ini yang gak bau. Kalau dari logonya saya pakai Republik Jengkol itu keinginan saya. Kalau diartikan itu re artinya kembali. Publik itu masyarakat. Jadi kembali ke selera masyarakat," seloroh Fatoni.

Fatoni sendiri masih bermimpi untuk memperluas wilayah kekuasaan Republik Jengkol-nya. Pilihan sajian olahan jengkol juga masih terus ia kembangkan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved