Meme Kocak 'Wahai Rakyatku!', Bermunculan, Netizen Ngakak Tanggapi Tweet Ibas
Tak hanya, SBY yang 'curhat' soal tudingan Antasari, Edhie Baskoro Yudhoyono atau kerap disapa Ibas juga berkicau di Twitter, Selasa (14/2/2017)
TRIBUNJAMBI.COM - SBY berkicau di media sosial, kali ini di Twitter pribadinya, @SBYudhoyono, Selasa, (14/2/2017).
Sebelumnya, publik dihebohkan dengan pengakuan Antasari Azhar, mantan Ketua KPK yang dituduh membunuh Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran.
Antasari divonis selama 18 tahun penjara pada 2010, tapi kini setelah menjalani dua per tiga masa hukuman, Antasari bebas bersyarat.
Selanjutnya Presiden Joko Widodo memberi grasi kepada Antasari sehingga dirinya dinyatakan bebas murni.
Dalam keterangan pers tersebut, Antasari sebelumnya meminta maaf kepada rekan-rekan media di bawah pimpinan Hary Tanoesodibjo.
Antasari mengaku didatangi Hary Tanoe, "Beliau diutus oleh Cikeas waktu itu, siapa Cikeas (tanya Antasari ke wartawan). Ya. Datang ke rumah saya supaya saya tidak menahan Aulia Pohan, dia bilang saya bawa misi pak, saya diminta dari sana untuk menemui bapak," kata Antasari menirukan ucapan Hary Tanoe.
Mendengar permintaan Hary Tanoe tersebut, Antasari Azhar bersikap independent sebagai penegak hukum.
Hary Tanoe sempat memohon, "Aduh pak, saya mohon betullah, karena bagaimana nanti, keselamatan bapak, bagaimana? Katanya begitu kan, waktu malam itu," kata Antasari menirukan Hary Tanoe.
Aulia Pohan merupakan besan SBY, mertua dari Agus Yudhoyono yang sempat tersandung kasus korupsi.
Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia ini ditetapkan hukuman 4 tahun 6 bulan pada 2009.
Selanjutnya dirinya diperika oleh Pansus Bank Century pada 6 Januari 2010.
Tak hanya, SBY yang 'curhat' soal tudingan Antasari, Edhie Baskoro Yudhoyono atau kerap disapa Ibas juga berkicau di Twitter, Selasa (14/2/2017).

"Kampungan, sangat tidak berkelas fitnah keji Antasari kepada @SBYudhoyono. Busuk! Sangat terbaca segala motif penzoliman ini #AAGateFitnah."
"Wahai rakyatku dan saudara-saudaraku. Janganlah kita larut dalam demokrasi yang menyesatkan (fitnah). Masih banyak cara yang lebih ksatria menuju satu tujuan," lanjut cuitan Ibas.