Duterte Pertimbangkan Operasikan Kembali PLTN Bataan
PLTN ini dibangun pada 1970-an, tapi setelah Marcos tumbang, pembangkit ini tidak pernah dibuka.
“Ini adalah formula bagi proyek-proyek yang berjalan buruk. Proyek itu dirancang saat Darurat Militer, tanpa konsultasi publik dan produk dari kapitalisme kroni. Yang makin buruk adalah tidak banyak dari kita yang paham tentang teknologi itu dan banyak pengalaman di seluruh dunia yang menunjukkan sisi negative dari PLTN, “kata Francis.
Tantangan terbesar adalah meraih dukungan publik untuk membuka kembali PLTN. Penulis dan aktivis lingkungan, Agnes Prieto, mengatakan Filipina seharusnya fokus pada pengembangan sumber energi terbarukan yang lebih aman.
“Mereka harus mempelajari lebih dalam karena di masa lalu pemerintah tidak melanjutkannya. Pasti ada alasan kuat di balik itu. Menurut saya ini adalah keputusan yang harus dipertimbagkan lebih serius dan matang. Dan mungkin perlu referendum yang dilakukan orang-orang yang akan terdampak, “ ungkap Agnes.
Kongres siap untuk membahas pro dan kontra soal PLTN Bataan ini, termasuk perkiraan kebutuhan dana 13 triliyun rupiah untuk merehabilitasi PLTN itu.
Sebelum itu terjadi, studi intensif akan dilakukan oleh badan pemerintah yang baru dibentuk untuk menilai apakah PLTN itu harus dioperasikan atau tidak. Untuk Asia Calling KBR, laporan ini disusun Madonna Virola dari kota Calapan, Filipina.
Penulis : Madonna Virola/ Kantor Berita Radio (KBR) Asia Calling