Menteri PU Sebut Kemiringan Jembatan Cisomang Masih Aman

Kisaran kemiringan lereng di zona merah ini, menurut Agus, bervariasi, mulai dari yang terjal, yakni antara 15 persen hingga 30 persen

Editor: Nani Rachmaini
TRIBUN JABAR / MEGA NUGRAHA
Pemanjat bergelantungan di Jembatan Cisomang 

TRIBUNJAMBI.COM, PURWAKARTA - Jembatan Cisomang yang menghubungkan Bandung dan Jakarta di KM 100+700 ruas Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi) ternyata memang dibangun di kawasan yang berbahaya.

Jembatan yang berada di Kampung Wadon, Desa Sawit, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, di mana jembatan ini berdiri termasuk dalam zona merah gerakan tanah.

"Dari Badan Geologi jauh sebelumnya sudah menyatakan bahwa jembatan ini berada di zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Artinya, saat hujan di atas normal, wilayah ini mudah bergerak," ujar Agus Budianto, Kasubdit Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bandung saat meninjau Jembatan Cisomang, Sabtu (24/12).

Kisaran kemiringan lereng di zona merah ini, menurut Agus, bervariasi, mulai dari yang terjal, yakni antara 15 persen hingga 30 persen, hingga yang curam yang kemiringannya lebih dari 70 persen.

"Selain memiliki kemiringan yang tinggi, karakter batuannya kedap air," ujar Agus.

Lokasi tempat Jembatan Cisomang berdiri, kata Agus, masuk ke dalam formasi Jatiluhur yang batuannya terdiri dari batuan lempung, napal, breksi gunung api, batu pasir andesit dan brek andesit. Karakteristik batuan ini mudah sekali dijenuhkan air, sifatnya plastis dan tertutup oleh lapisan vulkanis.

"Dalam bahasa sederhana, batuan ini akan mudah pecah jika terkena air. Fondasi jembatan ini bertumpu di atas batuan itu. Jadi faktor inilah yang menyebabkan wilayah ini sangat mudah bergerak dan tentunya hal seperti ini harus dipantau terus," katanya.

Rusaknya jembatan sepanjang kurang 252 meter ini, menurut Agus, adalah konsekuensi dari kondisi geologisnya. "Perlu rekayasa keteknikan tinggi untuk mengatasi masalah jembatan ini," ujarnya.

Meski berada di lokasi yang rawan pergerakan tanah, kata Agus, lokasi tersebut tak lantas berarti harus dihindari atau tak dapat dibangun.

"Tapi yang penting bagaimana kita bisa meningkatkan kapasitas keteknikan kita supaya jalur yang dibangun ini mampu mengatasi kondisi rawan bencana."

Fondasi jembatan yang retak terdapat di pilar nomor 2 (P2). Kondisi itu menyebabkan pergeseran jembatan sepanjang 53 sentimeter ke arah Jakarta. Fondasi pilar yang rusak berada sekitar 10 meter dari bibir Sungai Cisomang.

Masih Aman

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menpu-Pera), Basuki Hadimuljono, mengatakan sekalipun pergeseran jembatan ini sudah mencapai 53 sentimeter, pergeseran ini masih berada dalam batas toleransi, yakni 70 sentimeter.

"Karena pergeserannya masih di angka 53 sentimeter, ini masih terbilang aman. Sekarang yang harus dilakukan adalah mempertahankan agar jangan bergerak terus dengan menghentikan pergeseran lewat boredpile di pilar jembatan nomor 2 (P2) dengan kedalaman 40 meter hingga 50 meter karena fondasi yang ditanam ke tanah mencapai 33 meter hingga 40 meter," ujar Basuki saat meninjau Jembatan Cisomang, kemarin.

Penanganan melalui borepiled, menurut Direktur Jembatan pada Direktorat Jenderal Bina Marga, Heddy Rahadian, merupakan penanganan yang sifatnya permanen dan baru akan dilakukan pada 3 Januari 2017 di P2 dan P1.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved