Demonstrasi 4 November

Ketika JK yang Turun Tangan Menemui Demonstran yang Ingin Bertemu Jokowi

JK turun tangan karena Jokowi yang diinginkan demontsran tidak berada di Istana selama aksi unjuk rasa berlangsung sejak Jumat siang hingga sore hari.

Editor: Nani Rachmaini
Imanuel Nicolas Manafe/Tribunnews.com
Jokowi dan Jusuf Kalla di Beranda Istana Merdeka 

Presiden Jokowi sendiri baru terpantau berada di Istana saat memimpin rapat terbatas menjelang dini hari. Usai memimpin ratas, Jokowi menyampaikan pernyataan sikap. Ia mengapresiasi unjuk rasa yang berjalan kondusif dari pagi hingga sore hari. Namun ia menyesalkan terjadinya kerusuhan di malam harinya.

"Kami menyesalkan kejadian ba’da Isya yang seharusnya sudah bubar, tetapi menjadi rusuh. Dan ini kita lihat telah ditunggangi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi," kata Jokowi tanpa menyebut siapa aktor yang dimaksud.

Jokowi juga mengungkapkan bahwa langkah Jusuf Kalla yang bertemu dengan para pendemo sudah sesuai dengan perintahnya.

"Dalam pertemuan itu, telah disampaikan bahwa proses hukum terhadap saudara Basuki Tjahaja Purnama akan dilakukan secara tegas, cepat, dan transparan," tambah Jokowi.

Jokowi meminta para pengunjuk rasa untuk kembali pulang ke rumah masing-masing dan ke daerah masing-masing dengan tertib. Dalam jumpa pers itu, terjawab juga kenapa Jokowi tidak buru-buru pulang ke Istana setelah meninjau proyek Infrastruktur di Bandara Soekarno-Hatta.

Menurut Seskab Pramono Anung, Presiden sebenarnya sudah tiga sampai empat kali berkomunikasi dengan dia dan Mensesneg untuk pulang ke Istana.

"Tapi karena seluruh jalan tidak memungkinkan untuk kehadiran beliau, disarankan oleh Danpaspampres untuk tidak ke Istana," ucap Pramono.

Jalan di sekitar Istana, yakni Medan Merdeka Barat dan Medan Merdeka Utara memang baru lengang setelah demonstran dibubarkan pukul 21.00 WIB. Kendati demikian, sebenarnya ada akses dari jalan Juanda dan Veteran III yang tidak tertutup oleh pendemo.

Abaikan Rakyat

Sikap Jokowi yang tidak berada di Istana menuai kritik. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai Jokowi sudah melakukan kesalahan fatal. "Presiden mengambaikan demo terbesar dalam sejarah Indonesia. Enggak pernah ada demo sebesar itu," kata Fahri saat dihubungi, Jumat (4/11/2016).

Fahri yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa menilai, dengan sikap ini Jokowi bisa kehilangan simpati rakyat. Jokowi yang selama ini mengklaim dekat dengan rakyat, lanjut Fahri, justru mengabaikan suara rakyat yang sudah datang ke istananya.

"Massa datang dari seluruh pelosok negeri masa enggak dianggap? Kayak enggak punya leadership. Kayak enggak punya perasaan sebagai pemimpin," kecam Fahri yang juga ikut aksi di DPR.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon, yang juga ikut aksi demo, menyampaikan hal serupa dengan Fahri. "Apakah Presiden belum melihat dan mendengar keinginan sebagian rakyat, apakah Presiden masih mau menutup mata dalam aksi terbesar dalam sejarah kita?" kata dia.

Sementara, sejumlah demonstran yang tidak puas masih memilih bertahan di depan Gedung DPR-MPR hingga Sabtu dini hari. Massa meminta agar diizinkan menginap di rumah Wakil rakyat.

Sebagian pimpinan parlemen sudah mengizinkan massa masuk, namun pengamanan baik di luar maupun di dalam gedung DPR sudah diambil alih oleh TNI-Polri, bukan lagi oleh pengamanan dalam DPR.

Fahri Hamzah mengatakan, pengambilalihan pengamanan ini berkat persetujuan Ketua DPR Ade Komarudin. Akses masuk atau pun keluar Kompleks Parlemen ditutup total.

Akhirnya, Ketua MPR yang juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan sejumlah anggota DPR seperti Sufmi Dasco Ahmad, Aboe Bakar Alhabsy (PKS) dan Muchlisin (PKB) menemui demonstran dari luar gedung.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved