PT ABP di Batanghari Diminta Tutup Sementara

TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN - Beberapa waktu lalu Komisi III DPRD Kabupaten Batanghari melakukan sidak

Penulis: Heri Prihartono | Editor: ridwan

Laporan wartawan Tribun Heri Prihartono

TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN - Beberapa waktu lalu Komisi III DPRD Kabupaten Batanghari melakukan sidak ke PT Aneka Bumi Pratama (ABP) di Kecamatan Pemayung, guna mengecek kelayakan tempat pembuangan limbah di perusahaan tersebut.

Menyusul adanya keluhan masyarakat setempat akan dampak yang ditimbulkan dari limbah perusahaan yang bergerak di pengolahan karet tersebut. DPRD Batanghari melakukan pertemuan dengan pihak PT ABP, Badan Lingkungan Hidup (BLH), dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Senin (31/10).

Sayangnya pihak perusahaan PT ABP belum mau diminta konfirmasi. "Sebentar ya, nanti saya kabari," ujar satu diantara karyawan menjawab Tribun lewat telepon. Tapi saat ditunggu hingga sore, tidak ada kabar.

Dalam pertemuan dua hari lalu disepakati dilakukan penutupan sementara atas kegiatan PT ABP hingga batas waktu belum ditentukan, atau sampai alat pengolah limbah perusahaan siap digunakan. "Sebenarnya PT ABP bisa beroperasi asalkan tidak membuang limbah di sungai Batanghari," kata ketua DPRD Batanghari M Mahdan.

Penutupan sementara ini diharapkan tidak mengurangi hak karyawan PT ABP yang totalnya berjumlah 800 orang. Sebab hal ini merupakan kelalaian perusahan sehingga karyawan tetap mendapatkan haknya.

"Perusahaan harus memenuhi hak karyawan karena ini kelalaian pihak perusahaan bukan force majeure, bukan kejadian luar biasa atau kejadian tak terduga. Karena kejadian ini sebenarnya tak perlu terjadi, mengingat sudah ada pengawasan rutin dari pihak perusahaan terhadap mesin pengolah limbah," ujar Mahdan.

Kepala BLHD Batanghari M Rizal mengaku sudah menurunkan timnya memantau lokasi, bahkan sampel limbah telah diambil untuk diuji. " Kita udah turun ke lapangan mengambil sampel limpah," ujarnya kepada Tribun kemarin.

Ia menambahkan pemicu permasalahan ini adalah terkait satu diantara blower rusak sejak sepuluh hari terakhir. Pihak BLHD sarankan pengurangan air dengan optimalkan pengurai limbah. Di sisi lain pihak perusahaan menunggu kedatangan peralatan baru dari Taiwan dengan waktu 3 minggu."Dampaknya bermacam-macam bisa biota sungai mati," ujarnya. (har)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved