Tak Kuat Disiksa, Tahanan Berebut untuk Dibunuh

Cerita Eks Anggota PKI tentang penderitaan selama ditahan

Editor: bandot
Kontributor Kendal, Slamet Priyatin
Babe, eks PKI yang menjalani penahanan dari beberapa penjara hingga ke pulau Buru 

“Kalau yang lain sudah pada meninggal. Kalau pun ada yang masih hidup, mereka pada pikun,” jelasnya.

Lalu kami pun menuju ke rumah Supari. Perjalanan kami juga tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sekitar 15 menit.

“Hallo, Bro,” Supari langsung menyapa Babe setelah kami sampai di rumahnya. Babe langsung menjabat tangan sahabatnya itu.

Setelah basa-basi sebentar, kemudian Supari menceritakan bahwa ruang tahanan Kaliwungu dan Plantaran pernah membuat dirinya seperti tak punya harapan hidup itu. Ceritanya sama dengan apa yang dikatakan oleh Babe. Bedanya, Supari, setelah dari Kaliwungu, Plantaran, dan Kendal, dibuang langsung ke Nusakambangan. Di Nusakambangan itu Supari ditahan selama 7 tahun.

“Kalau saya ditangkap oleh tentara, karena bergabung dengan Lekra. Saya biasa menari, salah satu iringannya lagu 'Genjer-genjer'," akunya.

Kuburan masal PKI

Di Desa Darupono, menurut Supari, ada 3 kuburan masal anggota PKI. Tepatnya di hutan lindung milik Perhutani. Hal itu dibenarkan oleh Babe. Bahkan mereka mempunyai saksi hidup, yaitu Suparjo (72). Suparjo, adalah salah satu yang menjadi tukang kubur.

“Rumahnya tidak jauh dari sini. Saya ta ke rumahnya,“ kata Supari.

Setelah itu, Supari mengajak kami menuju rumah Suparjo yang ternyata jaraknya hanya sekitar 200 meter. Tak lama kemudian ia kembali bersama pria seusianya yang ternyata Suparjo.

“Ini Suparjo, mari kita ke makam,” lanjutnya.

Sesampai di hutan lindung Darupono, kami langsung menuju makam masal PKI. Jarak makam dari Jalan raya Darupono hanya sekitar 100 meter.

“Setiap Jumat, makam ini saya bersihkan. Kasihan mereka yang dibunuh di sini ini,” kata Suparjo.

Kontributor Kendal, Slamet Priyatin
Suparjo dan Babe membersihkan kuburan massal anggota PKI di Kendal, Jawa Tengah.
Suparjo menceritakan, pembunuhan masal terjadi sekitar Desember 1965. Kejadiannya pada malam hari. Saat itu, ia bersama pemuda kampung jaga malam. Lalu mereka berkali-kali mendengar tembakan. Paginya, mereka disuruh menguruk mayat-mayat yang berada dalam lubang ukuran sekitar 2x3 meter itu.

“Jumlahnya ada sekitar 20 orang. Salah satu di antaranya perempuan," katanya.

Menurut Suparjo, ada 3 kuburan masal PKI di hutan lindung ini. Namun, yang ia ketahui lokasinya hanya dua makam.

“Yang disuruh nguruk itu yang piket jaga malam. Kebetulan, yang dua itu, pas saya dapat giliran jaga,” jelasnya.

Makam-makam anggota PKI itu, ujar Suparjo, sering didatangi orang-orang yang mencari nomor togel setiap malam Jumat.

Terkait dengan makam masal PKI tersebut, baik Babe maupun Supari, mengaku akan merawatnya. Walaupun tidak bisa setiap hari atau setiap Jumat, namun ia akan menyempatkan diri mengunjungi kuburan itu bila ada waktu.

“Mungkin di antara mereka ada yang kami kenal. Tapi yang jelas, mereka adalah korban. Sebab mereka dibunuh tanpa ada putusan bersalah dari lembaga hukum," kata Babe.

Sumber: Kompas.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved