Masyarakat Adat Serampas Merangin Surati Menteri

Perambahan hutan terus terjadi tanpa kendali. Masyarakat adat Marga Serampas pun semakin gerah

Penulis: muhlisin | Editor: Fifi Suryani
zoom-inlihat foto Masyarakat Adat Serampas Merangin Surati Menteri
TRIBUN JAMBI/MUHLISIN

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Muhlisin

TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO - Perambahan hutan terus terjadi tanpa kendali. Masyarakat adat Marga Serampas pun semakin gerah dengan perambahan yang makin meluas terus.

Tokoh masyarakat Serampas, Ali Guntur, mengatakan pihaknya sudah mendapati bukti yang sahih. Utusan masyarakat lima desa di Marga Serampas sudah melihat langsung ke lokasi perambahan.

"Lokasinya cukup jauh memang. Sekitar satu hari berjalan kaki dari desa. Berjalan dalam hutan," ujar Guntur, Kamis (3/3).

Ia mengatakan, pihaknya sangat khawatir perambahan mencapai hutan adat Marga Serampas. Untuk itu masyarakat mendesak ada tindakan nyata dari pemerintah.

Masyarakat adat Marga Serampas juga sudah berkirim surat. Surat tersebut dikirimkan ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ia berharap secepatnya surat itu direspon.

"Perambahan itu dipastikan terus semakin meluas. Harapan kami ada tindakan nyata dari pemerintah. Karena tidak mungkin setiap saat kita awasi dalam hutan sana," tambahnya.

Dikatakan Guntur, surat itu adalah upaya awal dari masyarakat adat Marga Serampas.

"Kami akan pertahankan wilayah adat Marga Serampas. Apa pun caranya kami tidak akan biarkan perambahan di wilayah Marga Serampas," ujarnya lagi.

Masyarakat adat Marga Serampas terdiri dari lima desa. Mulai dari Desa Renah Kemumu yang berbatasan dengan Lempur Kabupaten Kerinci. Lalu Tanjung Kasri, Lubuk Mentilin, Rantau Kermas, dan Renah Alai.

24 Februari lalu, perwakilan masyarakat dari lima desa mendatangi pelaku dan lokasi perambahan. Yakni di kaki Gunung Nilo dan kaki Gunung Sumbing.

Saat itu, mereka berhasil menemukan lokasi perambahan. Juga ada beberapa orang warga asal Bengkulu dan Sumsel yang tengah merambah hutan di lokasi tersebut.

"Di lokasi itu saja sudah ratusan hektare yang dirambah. Begitu perwakilan kita datang, mereka berhenti. Tapi kan siapa yang mengawasi setelah itu," ujar Yazen, warga Serampas lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved