Sidang Tahunan MPR DPR DPD
Jokowi Singgung Soal Kesantunan dan Tata Krama
Presiden Joko Widodo menilai menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama berbahaya.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menilai menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama, sekali lagi, menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama, juga berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa.
"Menipisnya budaya saling menghargai, mengeringnya kultur tenggang rasa, baik di masyarakat maupun institusi resmi seperti lembaga penegak hukum, organisasi kemasyarakatan, media, dan partai politik, menyebabkan bangsa ini terjebak pada lingkaran ego masing-masing," kata Jokowi dalam pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Menurutnya, hal ini tentu saja menghambat program aksi pembangunan, budaya kerja, semangat gotong royong, dan tumbuhnya karakter bangsa. Terlebih kata Jokowi, saat ini ada kecenderungan semua orang merasa bebas, sebebas-bebasnya, dalam berperilaku dan menyuarakan kepentingan.
"Keadaan ini menjadi semakin kurang produktif ketika media juga hanya mengejar rating dibandingkan memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif," kata Jokowi yang mengulang kata mengejar rating dibanding memandu publik dua kali.
Menurutnya, masyarakat mudah terjebak pada histeria publik dalam merespon suatu persoalan, khususnya menyangkut isu-isu yang berdimensi sensasional.
"Tanpa kesantunan politik, tatakrama hukum dan ketatanegaraan, serta kedisiplinan ekonomi, kita akan kehilangan optimisme, dan lamban mengatasi persoalan-persoalan lain termasuk tantangan ekonomi yang saat ini sedang dihadapi bangsa Indonesia. Kita akan miskin tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.
