Dapat Rp 5 Jutaan per Bulan, Sarjana Ini Beralih Jadi Pengendara Go-Jek

Meski bergelar sarjana, Idat (32), tidak takut harus bekerja menantang teriknya matahari di Jakarta sambil mengantarkan penumpang ke tempat tujuan.

Editor: Nani Rachmaini
KOMPAS.COM/ANDRI DONNAL PUTERA
Logo Go-Jek di jaket salah satu driver atau pengendara. 

TRIBUNJAMBI.COM,m JAKARTA — Meski bergelar sarjana, Idat (32), tidak takut harus bekerja menantang teriknya matahari di Jakarta sambil mengantarkan penumpang ke tempat tujuan.

Warga Slipi, Jakarta Barat, itu rela antre berdesak-desakan dengan ribuan pendaftar lain untuk mengikuti rekrutmen sebagai rider (pengemudi) Go-Jek, salah satu perusahaan aplikasi untuk memanggil ojek, di Hall Basket Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (11/8/2015) siang. Dari ribuan pendaftar, Go-Jek akan membatasi sampai 4.000 orang. Dari jumlah itu, sebagian besar berpendidikan sarjana.

Ketertarikan Idat bergabung dengan para pengojek lain lantaran pendapatannya cukup besar bagi ukuran Idat, yakni Rp 5 jutaan per bulan.

"Saya memang ingin ikut Go-Jek, soalnya kata teman-teman yang sudah ikut, di sana gajinya bisa dua-tiga kali lipat dari gaji saya di kantor," kata pria yang mengenakan kemeja hijau itu.

Idat yang masih hidup melajang tersebut mengatakan, gajinya di kantor tempat dia bekerja sekarang hanya Rp 2,7 juta. Belum lagi, kata Idat, jika rajin mencari penumpang, ia bisa mendapatkan tambahan bonus.

Ketika ditanya apakah tidak malu lulusan sarjana harus bekerja mengojek di Jakarta, pria itu mengaku tak perlu malu mencari uang dengan cara apa pun. "Kenapa harus malu, Mbak, yang penting kan ini uangnya lebih banyak dan halal," katanya.

Idat mengaku, menjadi rider ojek cukup mudah. Pasalnya, persyaratannya hanya surat-surat motor yang lengkap, seperti STNK dan SIM, serta kendaraan yang dapat berfungsi dengan baik. "Motor saya semuanya masih berfungsi, lampu, dan rem juga bagus," kata pemilik motor matik tersebut.

Sementara itu, pendaftar lain, yakni lulusan sarjana ekonomi perguruan tinggi swasta di Jakarta yang enggan disebut namanya, mengaku kepada Warta Kota ingin menambah pendapatan. Karena itu, ia mau menjadi rider ojek.

"Kalau saya sih ingin menambah pendapatan. Lumayan kan kalau gaji saya bisa tambah Rp 5 juta-Rp 6 juta per bulan, belum lagi dapat HP juga," kata pria yang bekerja sebagai pegawai bank swasta itu.

Menurut pria yang baru saja menikah itu, gajinya yang di atas UMR masih dianggap kurang oleh sang istri. Oleh karenanya, dia tidak malu jika bergabung menjadi tukang ojek berbasis aplikasi tersebut.

"Buat istri di rumah. Istri bilang gaji saya kurang," kata pria yang tampil necis berkemeja dipadu celana bahan dan sepatu pantopel tersebut.

Tugasnya sehari-hari di kantor adalah menjadi staf penagih untuk kartu kredit. "Walaupun saya setiap hari kerja adem di ruangan ber-AC, kerjaan saya sehari-hari bikin stres, bawaannya emosi melulu karena nagih utang ke nasabah. Saya pengen penghasilan dan gaji gede, makanya saya ikut melamar di sini," ujarnya.

Dia menambahkan, meski memiliki jam kerja tetap di kantornya mulai pukul 08.00-17.00, dia yakin masih bisa bekerja menjadi pengemudi Go-Jek.

"Bisalah, pas berangkat saya sekalian ngojek. Pulangnya saya ngojek juga. Kalau pas jam kerja, saya tutup aplikasinya, jadi kan nggak terdeteksi ada Go-Jek kosong," ujarnya.

Pendaftar

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Tags
Go-Jek
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved