Hijab Corner
Sempat Merasa tak Nyaman Berhijab
GURU pondok Pesantren Modern Al Hidayah yang biasa disapa Roza ini tak mau melepas jilbab sebagai mahkota terindah
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM - GURU pondok Pesantren Modern Al Hidayah yang biasa disapa Roza ini tak mau melepas jilbab sebagai mahkota terindah yang ia kenakan. Baginya berjilbab menjadi kewajiban cukup urgent bagi seorang wanita, yang tak boleh ditinggalkan.
"Jilbab hukumnya wajib diperintahkan Allah. Sedangkan perilaku kan kembali ke pribadi yang sesungguhnya," kata dara kelahiran tahun 1988 ini.
Pemilik nama lengkap Rozanah mulai berhijab pada 2011, awalnya ia diminta orang tuanya, namun ia merasa tak nyaman karena bukan dari hatinya yang paling dalam. Tuntunan demi tuntunan pun oleh kedua orang tuanya, ia pun merasa nyaman menggunakan hijab.
"Nyamannya ngerasa adem, di manapun berada diri ini terlindungi dengan menutup aurat, dan jauh dari godaan," tuturnya.
Berhijab bagi Rozana dinilai tak mudah, karena harus menjaga sikap dan perilaku agar seimbang. Namun hijab yang melekat pada dirinya, lebih dari sebuah trend karena datang dari hatinya.
Apalagi saat ini hijab sedang menjadi trend yang banyak diikuti banyak anak muda. Menurutnya berhijab dengan mengikuti trend tidak masalah dengan syarat sebagai motivasi dan sesuai syar'i. Sesuai dengan syar'i dalam arti menggunakan pakaian yang menutupi lekuk tubuh.
Setelah berhijab ia mulai merasa aura positifnya keluar, penyuka sahlab (bubur arab) ini pun merasa dirinya setelah berhijab menjadi lebih dewasa, dan mudah mengatur emosi.
Berhijab pun menjadikan dirinya merasa lebih anggun, dan terlindungi saat beraktivitas sehari-hari.
"Khususnya keluarga dan teman-teman cukup mensupport," kata Rozanah.