Uenak-nya Rawon dan Soto Surabaya ala Sungai Kambang

TRIBUNJAMBI.COM - BERKUNJUNG ke suatu kota atau daerah lain tentu bakal lebih afdol jika seraya menyambangi spot-spot kulinernya.

Penulis: kelik | Editor: Nani Rachmaini
zoom-inlihat foto Uenak-nya Rawon dan Soto Surabaya ala Sungai Kambang
TRIBUNJAMBI.COM/HANIF BURHANI
Rawon Cak Lan
BERKUNJUNG ke suatu kota atau daerah lain tentu bakal lebih afdol jika seraya meluangkan waktu menyambangi spot-spot kulinernya. Soal ini, Surabaya merupakan satu kota di Indonesia yang terbilang kaya akan spot-spot kuliner. 

Pilihan wisata kuliner di ibukota Provinsi Jawa Timur itu, khususnya untuk makanan tradisional nusantara, terentang dari mulai rujak cingur, tahu tek dan tahu campur, lontong balap serta lontong mie, sate klopo, hingga tentu saja soto dan rawon.

Bicara soal makanan yang disebutkan paling akhir tadi yakni rawon, ini merupakan semacam sup daging khas Jawa Timur. Kekhasan dari hidangan satu ini adalah kuahnya yang berwarna pekat kehitaman. Itu karena rawon dibumbui memakai biji kluwek, yakni biji besar yang sepintas mirip buah jengkol, berasal dari sejenis pohon yang tumbuh liar atau setengah liar dan kebanyakan ditemukan di Pulau Jawa. Kluwek yang mengandung Vitamin C serta beta karoten ini memberikan citarasa masam pada kuah sup daging hitam ala Jawa Timur tersebut.

Namun, bagi warga Kota Jambi dan sekitarnya yang tertarik untuk mencicipi nikmatnya rawon dengan kuah pekatnya tak perlu repot-repot pergi Surabaya maupun kota-kota Jawa Timur lainnya. Di Kota Jambi ini, ada pula sebuah warung makan yang menjajakan rawon serta hidangan jawa timuran lainnya. 

Nama tempat makan tersebut bernama Warung Makan "Soto Surabaya Cak Lan". Warung makan tersebut dimiliki dan dikelola pasangan suami istri Ruslan Sugiantoro dan Khusna. Warung ini ada sejak Agustus 2007 yang berarti hampir berusia empat tahun.  Lokasinya di satu ruko di Jalan RE Martadinata, Sungai Kambang. Warung ini buka setiap hari dari sekitar pukul 11.00 sampai dengan pukul sekitar pukul 22.00

Penyajian Terpisah
Oh ya, perlu diingat, biarpun dijajakan seribu kilometer lebih dari kampung halamannya, rawon di "Soto Surabaya Cak Lan" tetap tak kehilangan citarasa jawa timurannya. Tetap uenak. Kuah serta aromanya tetap memancarkan kekhasan kluwek. 

Saat mencicipnya pada Kamis (14/7) siang silam, tribunjambi.com terus terang teringat kembali kepada beberapa kali kesempatan mencicip rawon sekian tahun di sejumlah kota di Jawa Timur: Ngawi, Bojonegoro, Malang, Sidoarjo, dan tentu saja Surabaya. Kata Ruslan, Satu di antara kuncinya adalah mendatangkan kluwek asli dari Jawa Timur

Dengan adanya kluwek asli dari Jawa Timur tersebut, Ruslan saat diajak mengobrol Tribun pada Kamis (14/7) menjamin citarasa rawon warungnya tetap persis seperti rawon-rawon yang dijajakan di Jawa Timur. Hanya saja, ia berkata bahwa dalam hal penyajian kepada konsumen ia memang melakukan penyesuaian dengan kebiasaan masyarakat Jambi.

"Di sini, saya menyajikan secara terpisah antara rawon dan nasinya," kata Ruslan. Ya, di warung ini saat memesan menu nasi rawon anda akan memeroleh rawon berkuah kental dengan sekian potongan dagingnya dalam wadah mangkok, lalu nasi disajikan dalam piring terpisah, juga taoge dan sambal yang ditaruh terpisah lagi di semacam kotak porselen kecil.

Menurut Ruslan, itu berbeda dengan penyajian lazim rawon di Jawa Timur yang umumnya disajikan secara bercampur dalam sepiring atau semangkok antara nasi dan rawonnya. Taoge dan sambal pun kerap kali ditaruh langsung di satu piring yang sama dengan nasi dan rawon. 

Sedikit perbedaan lain antara rawon di "Soto Surabaya Cak Lan" dan rawon-rawon di Jawa Timur adalah dalam hal penyajian daging di dalam rawon. Menurut Ruslan, aslinya rawon di Jawa Timur berisi daging yang berupa empal, yakni irisan-irisan lebar menyerupai dendeng. Di antara empal, terkadang masih juga dapat ditemukan daging yang melekat di tulang. Namun, untuk rawon di warung makannya, Ruslan menyajikanya dalam potongan-potongan berbentuk dadu besar, juga tanpa lagi diikuti tulang. Ini sedikit banyak mengikuti pola lazim penyajian sop daging di Jambi. 

Namun, menurut Tribun, adaptasi bentuk penyajian daging yang dilakukan Ruslan ini memang memiliki faedah yakni daging rawon jadi lebih mudah dinikmati. Potongan berbentuk dadu bisa langsung masuk di sendok dan mudah pula diangkat dari piring, disuapkan ke mulut. Hmmm...  Lhah, kalau tetap berbentuk empal kan mesti menuntut tangan mesti giat menggerakkan sendok dan garpu untuk mengiris daging... 

Oh ya, jika ingin menikmati nikmatnya nasi rawon di "Soto Surabaya Cak Lan", seporsi dapat dipesan dengan merogoh kocek sebanyak Rp 13 ribu.  Hmm, duit belasan ribu untuk rawon berdaging banyak plus bercitarasa khas jawatimuran jelas bukan pengorbanan yang sia-sia. (yoseph kelik)   


Minumnya Rempah
WARUNG "Soto Surabaya Cak Lan" terutama ramai didatangi pengunjung sekitar jam makan siang, sekitar pukul 13.00 sampai dengan 15.00. Dulu, menurut Ruslan Sugiantoro, pada awal dirinya membuka warung makan ini, kebanyakan pengunjung warung adalah orang-orang asal Malang dan Jawa Timur lainnya.  Namun, setelah empat bulan, pengunjung warung meluas latar belakangnya, termasuk juga meliputi orang-orang asli Jambi dan latar belakang etnis lainnya.

Selain rawon yang berbanderol Rp 13 ribu seporsinya, warung makan tersebut menyediakan empat menu makanan lain. Itu antara lain adalah nasi ayam goreng serta nasi iga panggang yang masing-masing berbanderol Rp 17 ribu seporsinya. Sebagaimana nama yang dipakai untuk melabeli warung, tempat itu menyediakan pula soto daging dan soto ayam ala Surabaya, dengan model penyajian soto pisah, yang seporsinya dihargai Rp 13 ribu. 

"Sotonya soto bening, bukan soto yang berkuah santan. Di sini memang tidak menyediakan menu yang bersantan," kata Ruslan. Imbuh Ruslan, shusus untuk soto daging, setiap Minggu pagi hingga siang, Ruslan dan Khusna menjajakannya pula di Lapangan Kantor Gubernur dengan model penyajian soto campur dan dihargai Rp 7 ribu seporsinya. 

Kamis (14/7) siang, Tribun sempat mengobrol dengan satu di antara pelanggan warung makan itu. Ia bernama Puji, yang siang itu baru saja usai menyantap seporsi ayam goreng.

"Saya mampir kemari ya sekepinginnya kalau kebetulan lewat sekitar sini, tapi kalau dirata-rata ya seminggu sekali lah makan di sini. Kali ini makannya ayam goreng, tapi yang paling enak dan paling saya suka ya rawonnya. Rawon paling enak di Jambi ya di sini," kata Puji yang bermukim di daerah Simpang Rimbo. Imbuhnya, ia kerap mendatangi warung makan ini bersama istri dan anaknya.

"Oh ya, saya kalau kemari pasti minumnya ini, rempah," kata Puji seraya mengangkat gelasnya yang masih terisi separo dengan minuman berwarna kecoklatan. Rempah, minuman favorit Puji, memang merupakan minuman khas warung makan "Soto Surabaya Cak Lan". Minuman yang berbanderol harga Rp 4 ribu ini disajikan dingin dan diracik dari ramuan kunyit, temu lawak, cengkeh, bunga pala, kapulaga, buah asam, juga gula. Rasanya segar, memberi sensasi semriwing di mulut dan kerongkongan.
   
Selain rempah, "Soto Surabaya Cak Lan" menyediakan aneka pilihan minuman yang lain. Itu antara lain berupa es teh manis seharga Rp 3 ribu segelas, es jeruk seharga Rp 4 ribu segelas, juga aneka soft drink botol dan kalengan seharga Rp 3 ribu dan Ro Rp 4 ribu. Namun, pilihan minuman yang tergolong istimewa adalah kopi arabica serta es chlorophyl yang masing-masing berbanderol Rp 5 ribu dan Rp 6 ribu segelasnya. (yoseph kelik)


Satu Kuintal dan Setengah Tahun Sekali

ALASAN  Ruslan Sugiantoro, sang pemilik "Soto Surabaya Cak Lan"mendatangkan kluwek langsung dari Jawa Timur adalah demi menghasilkan kuah rawon yang bagus, yang pekat warnanya. 

Menurut  Ruslan, di Jambi ini sebenarnya juga ada kluwek, namun dari kesempatan menjajal suatu kali dirinya merasa kurang puas.  Kuah yang dihasilakan cenderung coklelat, kurang pekat. Lagi pula, kalau dihitung-hitung, mendatangkan kluwek dari Jawa Timur pun tetap lebih murah secara Rupiah.    
Bobot kluwek dari Jawa Timur yang didatangkan Ruslan untuk kepentingan warungnya berkisar antara 50 kilogram sampai dengan satu kuintal. Menurut Ruslan, ia mendatangkan kluwek rata- rata setiap setengah tahun sekali. Selain itu, ia pun akan mengangkut sendiri kluwek memakai mobil ketika kebetulan mudik ke Gempol, Jawa Timur, contohnya pada waktu sekitar Lebaran. (yoseph kelik)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved