Seorang Wanita Asal Indonesia Anggota ISIS Ditemukan Tewas di Suriah, Ini Sosoknya!
Petugas kamp Al-Hol, Suriah, menemukan mayat seorang anggota ISIS berkebangsaan Indonesia
TRIBUNJAMBI.COM - Petugas kamp Al-Hol, Suriah, menemukan mayat seorang anggota ISIS berkebangsaan Indonesia terbunuh di dalam tenda oleh teman-temannya di dalam kamp tersebut, dikutip Kompas.com dari Antara, Rabu (31/7/2019).
Setelah menerima informasi bahwa ada mayat seorang perempuan ditemukan di sebuah tenda di dalam kamp, manajemen Al-Hol bekerja sama dengan Pasukan Keamanan Internal, dengan cepat menemukan mayat wanita Indonesia bernama "Sodermini" itu dan membawanya ke rumah sakit Kurdish Red Crescent.
Setelah pemeriksaan medis, dokter forensik di rumah sakit itu melaporkan bahwa "Sodermini" (Sudarmini) meninggal dalam kondisi sedang hamil enam bulan. Laporan forensik juga menyebutkan bahwa dia dipukuli dan disiksa yang ditandai dengan adanya memar di tubuhnya, dan Sudarmini dinyatakan telah meninggal akibat kekerasan.
Baca: Waspadai Penipuan Berkedok Internet Gratis hingga 1.000 GB di WhatsApp !
Baca: Niat Puasa Senin Kamis Beruntungnya yang Rutin Mengerjakannya, Ini Manfaat Luar Biasa Dari Allah SWT
Baca: Laga Madura United vs PSS, Motivasi Laskar Sape Kerab Incar Puncak Klasemen Liga 1 2019
Sudarmini adalah salah satu wanita petempur bayaran ISIS. Sudarmini berusia sekitar 30 tahun, diketahui memiliki ayah bernama Sardi, dan ibu bernama Nasia.
Sejauh ini motif di balik kematian Sudarmini yang diduga dilakukan oleh teman-temannya di kamp Al-Hol masih belum diketahui. Kamp Al-Hol, yang menampung ribuan keluarga tentara bayaran ISIS, menyaksikan banyak kasus kekerasan antara keluarga-keluarga petempur ISIS, yang dianggap sebagai "bom waktu" untuk masalah yang besar di wilayah itu jika tidak dikendalikan.
Sementara itu, Puluhan WNI yang ditemukan di antara ribuan petempur asing ISIS menyatakan ingin kembali ke Indonesia.
Di antara mereka terdapat puluhan anak dan perempuan, yang saat ini berada di kamp pengungsi di Al-Hol, Suriah timur.
Mereka sebelumnya berada di Baghouz, kantong terakhir kelompok ISIS, yang direbut Pasukan Demokratis Suriah (SDF) yang dimotori etnis Kurdi.
Seorang warga Indonesia, Maryam mengaku berasal dari Bandung, Jawa Barat. Dia menyatakan "ingin pulang ke Indonesia." Bersama empat anaknya, Maryam ditemui di Al-Hol pada pekan pertama bulan Maret oleh Afshin Ismaeli, seorang wartawan lepas. "Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghouz...kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam dalam rekaman video yang dibuat Afsin.
Baca: Istri Sandiaga Uno, Nur Asia Bakal Melawan Anak Maruf Amin, Siti Nur Azizah di Pilkada Tangsel ?
Baca: Tak Diakui Sebagai Istri hingga Dipoligami, Kehidupan Penyanyi Cantik Memprihatinkan, Lihat Dapurnya
Baca: Cara Menyimpan Daging Kambing, Agar Awet dan Tidak Prengus sehingga Bisa Dimasak Usai Idul Adha
"Kondisi di kamp itu sangat buruk dan memprihatinkan. Tidak cukup untuk menampung ribuan orang, tidak ada bantuan. Ada yang membagi makanan tapi tak cukup untuk semua," Afshin mengatakan kepada BBC Indonesia.
Warga Indonesia yang ditemui Afshin baru keluar dari Baghouz, namun ia mengatakan banyak pengungsi yang telah bertahun-tahun tinggal di kamp itu. Pasukan SDF yang didukung Amerika Serikat dilaporkan telah menahan lebih dari 5.000 milisi asal Suriah dan mancanegara sejak Januari lalu.
Mereka ditempatkan di berbagai penjara, sementara perempuan dan anak-anak ditempatkan di kamp pengungsi. Menurut salah seorang pejabat Kurdi seperti dikutip kantor berita AFP, lebih dari 9.000 keluarga anggota ISIS yang berasal dari luar negeri ditampung di kamp Al-Hol. Kamp ini dibangun untuk sekitar 20.000 orang, namun saat ini disesaki lebih dari 70.000 orang.
Pejabat Kurdi, Abdul Karim Omar, mengatakan kepada wartawan BBC, Aleem Maqbool, dirinya sangat kecewa dengan dunia internasional karena merasa dibiarkan untuk menangani para petempur ISIS. Abdul Karim mengatakan, pihaknya kewalahan menampung para milisi yang ditahan ini. Dia mengaku sangat kecewa atas langkah sejumlah negara yang mencabut kewarganegaraan warga yang bergabung dengan ISIS.
"Kurdi telah sangat menderita selama ini berada di bawah ISIS dan juga melawan kelompok militan itu," ujar dia. "Membiarkan anggota ISIS di kawasan yang tak stabil di bawah pemerintahan yang tak mampu mengangani, akan menimbulkan masalah," tambah Abdul Karim.
Baca: Kakak Adik Lakukan Hubungan Incest, Ungkap Khilaf Suka Sama Suka, Sekeluarga Diusir Warga
Baca: Tips Agar Sate Kambing Empuk dan Enak, Pasti Jadi Hidangan Favorit saat Idul Adha
Baca: Jadwal Liga Inggris, Rumor Panas Transfer Manchester United Barter Paulo Dybala Dengan Romelu Lukaku
BBC Indonesia berusaha mengontak Kementerian Luar Negeri RI dan KBRI di Damaskus untuk menanyakan langkah penanganan WNI yang bergabung dengan ISIS, namun belum mendapatkan jawaban. PBB mengatakan lebih dari 40.000 petempur asing dari 110 negara pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS.