Dili 1999, Pangkoopsau Ditodong Senjata Pasukan INTERFET, 80 Paskhas Genggam Granat Siap Mati
Saat senjata pasukan Interfet mengarah ke Pangkoopsau II, Paskhas langsung bereaksi. Granat tangan sudah siap jika pertempuran jarak dekat
Saat senjata pasukan Interfet mengarah ke Pangkoopsau II, Paskhas langsung bereaksi. Granat tangan sudah siap jika pertempuran jarak dekat
TRIBUNJAMBI.COM - Peristiwa ini terjadi pada 1999, saat Korpaskhas atau Paskhas dikirim ke Timor-timor.
Ada cerita menegangkan dari perjuangan pasukan elite TNI AU.
Saat itu sedang proses jajak pendapat dan ketegangan berkecamuk di sana.
Jajak pendapat di Provinsi Timor-Timur, sekarang Timor Leste, itu sebelum lepas dari Indonesia pada September 1999.
Warga Timor-Timur yang memilih untuk tetap bergabung dengan NKRI, berbondong-bondong meninggalkan Timor Timur.
Baca Juga
Penjelmaan Kopaska setelah Mengenakan Topeng Tengkorak, Berubah Ganas Melibas Musuh di Pertempuran
Mayor Umar Nekat Minum Air dari Kandang Kuda, Kopassus Tugas Luar Negeri
Mengapa Burhan Selalu Kunci Pekerja Pabrik Mancis Binjai? 30 Orang Tewas Terbakar, Termasuk 2 Anak
Detik-detik SB Tusuk Leher Imam Masjid di Jambi Terungkap, Rekonstruksi 27 Adegan Pembunuhan
Penyebab Malaysia Terancam Bangkrut karena Utang Rp 3.500 T, Utang Indonesia Rp 5.000 T, Aman?
Mereka pergi dengan tergesa-gesa karena dibayang-bayangi konflik bersenjata yang bisa meletus sewaktu-waktu, sebagaimana dilansir Tribunjambi.com dari intisari online.
Pascareferendum, satuan-satuan pasukan RI yang semula bermarkas di Timor Timur juga bergegas meninggalkan negara baru itu, sambil membawa perlengkapan tempur.
Mereka bergerak keluar Tim-Tim dalam konvoi serta formasi militer siap tempur.
Tapi, ketegangan justru makin memuncak sewaktu pasukan multinasional The Internal Force of East Timor ( INTERFET ) yang dipimpin pasukan khusus Australia, mulai mendarat demi melancarkan operasi stabilitas keamanan di sana.
Pasukan Interfet mendarat pertama kali menggunakan pesawat C-130 Hercules milik Angkatan Udara Australia pada 20 September 1999.
Pendaratan pasukan itu membuat suasana pagi kota Dilli yang semula tenang, langsung berubah tegang.
Ratusan personel pasukan INTERFET yang keluar dari badan pesawat, alih-alih berbaris rapi, lalu melaksanakan upacara dan briefing dan berkoordinasi dengan pasukan TNI (Paskhas) yang sedang mengamankan Bandara Komoro.
Mereka langsung stelling (siap tempur).
