KISAH Iptu Rozsa Demi Misi Khusus PBB, Rela Tinggalkan Suami hingga Lebaran, Baru 3 Bulan Menikah
Rozsa saat ini menunaikan tugasnya sebagai pasukan khusus perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) di Haiti.
Kisah Iptu Rozsa Demi Misi Khusus PBB, Rela Tinggalkan Suami hingga Lebaran, Baru 3 Bulan Menikah
TRIBUNJAMBI.COM - Meninggalkan keluarga demi menjalankan tugas memang resiko yang harus dijalani.
Apa lagi tugas tersebut tidak bisa ditinggalkan pada bulan Ramadhan dan lebaran Idul Fitri.
Belum lagi, jika kebetulan tugas yang harus dilakukan bertempat di luar negeri, di mana Islam bukan menjadi agama mayoritas.
Hal itulah yang dialami oleh Polisi Wanita (Polwan) asal Padang, Sumatera Barat, Inspektur Satu (Iptu) Rozsa Rezky Febrian, SIK, MH.
Rozsa saat ini menunaikan tugasnya sebagai pasukan khusus perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB) di Haiti.
Ia adalah salah satu dari dua anggota Polwan asal Indonesia yang menjalani tugas di Haiti. Satu orang temannya adalah Kompol Asmida Siregar.
Dua Polwan itu tergabung dalam misi MINUJUSTH (United Nations Mission for Justice Support in Haiti) yang diberangkatkan Polri sejak Maret 2019 lalu.
Sebagai muslim, Polwan yang berhijab yang sedang bertugas melakukan misi perdamaian di Haiti tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Kendati cukup berat, Rozsa tetap menjalaninya.
Kepada Kompas.com melalui sambungan Whatsapp, Rabu (29/5/2019), Rozsa menceritakan suka dukanya menjalani ibadah puasa di Haiti.
Baca: Seisi Kantor Polisi Dibikin Kaget, Datang-datang Pria Ini Keluarkan Kepala Istrinya dari Dalam Tas
Baca: Isi Percakapan Prabowo Dengan Luhut Dibocorkan Ruhut Sitompul, Tujuan ke Luar Negeri Terungkap!
Baca: Tim Jokowi Bakal Tercengang dengan Bukti Kubu Prabowo di MK, Tim Hukum BPN: Nanti Lihat Kita Sendiri
Baca: Pidato Mualem: Aceh Minta Referendum Bikin Hadirin Tepuk Tangan, Ferdinand Hutahaean Peringatkan

"Sangat berat, tapi saya tetap menjalani ibadah puasa," kata Rozsa.
Mantan Kanit PPA Polresta Padang itu bercerita menjalankan ibadah puasa di Haiti sangat berbeda jauh dengan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Haiti, tidak banyak orang memeluk agama Islam.
Di Haiti, dirinya terpaksa sahur dan buka puasa dengan masakan sederhana dan ala kadarnya. Bahkan makanan yang bisa dibeli sangat terbatas, karena ia harus memastikan halal dan kebersihannya terjaga.
Selain itu, atmosfer bulan Ramadhan tidak terasa karena berada di daerah mayoritas Katolik. Bahkan, Rozsa yang tinggal di Port-Au-Prince, ibu kota Haiti, selama bertugas belum menemukan masjid untuk beribadah.

"Untuk sahur sekitar pukul 05.00 waktu Haiti dan kemudian berbukanya pukul 19.10. Puasanya hanya lebih panjang satu jam dibandingkan di Indonesia," kata Rozsa.