Olah Limbah jadi Manfaat
Pengolahan 3 in 1, 'Warisan' yang Diterima Pemkab Tanjab Timur dari Pemprov yang Menghasilkan
Dalam pengelolaan pengkajian teknologi, balai menggunakan sapi sebagai sumber utama atau inti awal pengolahan.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Duanto AS
Pengolahan 3 in 1, 'Warisan' yang Diterima Pemkab Tanjab Timur dari Pemprov yang Menghasilkan
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Pada penghujung 2018, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur menerima 'warisan' berupa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jambi yang berada di bawah dinas perkebunan dan peternakan.
Warisan pemprov itu, satu bagian atau bidang yang sebelumnya milik provinsi kini pengelolaannya diserahkan ke dinas perkebunan dan peternakan melalui program pola integrasi sapi sawit.
Pada Balai Pengkajian Teknologi (BPTP) terdapat pengolahan berbagai limbah kotoran dan sampah, menjadi beberapa produk. Seperti pupuk, pengusir hama dan biogas dengan konsep 3 in 1.
Sebelumnya pada 2016-2018 akhir, pengelolaan balai masih dipegang sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi Jambi. Namun pada akhir 2018, pemprov menghibahkan balai ke pemkab untuk dikelola, sehingga pada awal 2019 baru dimulai pengelolaannya.
“Dalam sistem pengelolaan di balai tersebut terdapat tiga item yang dapat dihasilkan dari satu tempat atau pengolahan. Di antaranya dapat menghasilkan pupuk kompos, gas dan bio urine yang dapat digunakan untuk membasmi hama selain suplemen bagi tanaman,” ujar Rajito, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanjab Timur, kepada Tribunjambi.com.
Baca Juga
INFO Lowongan Kerja di Jambi Maret-April 2019, untuk Lulusan SMA s/d S-1, Selamat Mencoba
UPDATE Pembunuhan Pengusaha Tembakau Tjiong Boen Siong, TSK Istri Sendiri dan Oknum Polisi
Video Dosen Bergelar Doktor di UNM Jadi Terduga Pelaku Pembunuhan, Motif Perselingkuhan?
Cinta Segitiga Istri Pengusaha Tjion Boen Siong dan Oknum Polisi, Akhirnya Pembunuh Bayaran Beraksi
Dalam pengelolaan pengkajian teknologi, balai menggunakan sapi sebagai sumber utama atau inti awal pengolahan.
Pada saat penyerahan dari provinsi, terdapat 18 sapi jenis sapi Bali yang menjadi sumber utama pengolahan dengan memanfaatkan kotoran dan urine sapi.
“Awalnya, dari provinsi ada 18 ekor sapi. Namun kita mendapatkan bantuan dari Jawa, Pasuruan, sebanyak 11 ekor sapi jenis peranakan ongol (PO). Jadi saat ini terdapat 40 ekor sapi,” jelasnya.
Untuk pengelolaan berbasis teknologi tersebut, pihaknya hanya memanfaatkan kotoran dan urine sapi yang dapat diolah dengan tahap berbeda dan hasil berbeda-beda.
Tinja sapi diolah dan dicampur dengan beberapa bahan alami, nantinya sebagai pupuk.
Gas dari tinja tersebut juga dapat digunakan sebagai pengapian dapur meski jangkauan masih terbatas.
Urine juga dapat diolah sebagai bahan baku pembasmi hama.
Dari hasil pengolahan tersebut, pihaknya sudah dapat memroduksi pupuk hingga hitungan ton dalam setiap bulan, tergantung pemesanan petani.
