Olah Limbah jadi Manfaat
Pengolahan 3 in 1, 'Warisan' yang Diterima Pemkab Tanjab Timur dari Pemprov yang Menghasilkan
Dalam pengelolaan pengkajian teknologi, balai menggunakan sapi sebagai sumber utama atau inti awal pengolahan.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Duanto AS
Untuk pemasaran, Rajito mengatakan bisa mencapai 10 ton per bulan, dengan target pasaran beragam mulai lokal hingga kabupaten tetangga.
Pemasaran menyasar perkebunan besar
Hasil produksi mencapai hitungan ton dalam satu bulan. Sistem pengolahan mulai dari kotoran hingga menjadi pupuk kemasan.
Pengolahan limbah tinja dan urine sapi, membutuhkan waktu dan proses panjang.
Pengolah pupuk kompos di Taman Teknologi Pengolahan TTP BPTB Tanjab Timur, Romadhon, mengatakan dalam pengolahan membutuhkan proses dan tahapan cukup panjang untuk menghasilkan kualitas pupuk terbaik.
Pengolahanya tidak semerta hanya menggunakan kotoran tinja sapi saja, melainkan ada beberapa bahan tambahan guna menunjang atau pendukung untuk menghasilkan pupuk terbaik. Di antaranya dengan mencampur tangkos sawit (tandan sawit yang telah hilang bijinya) yang diperoleh dari kebun sekitar dan pabrik sawit.
Tangkos tersebut kemudian dihancurkan menjadi serpihan kecil, yang nantinya dicampur dan diaduk bersama bahan lainnya. Dengan takaran tertentu akan ada beberapa kali pencampuran.
"Setelah semua bahan tercampur, barulah dilakukan fermentasi selama tiga minggu hingga satu bulan. Untuk lebih cepat, bisa dilakukan, namun lebih baik membutuhkan waktu yang lama hingga fermentasi tadi kering dan siap diayak (disaring),” jelasnya.
Ketersediaan bahan baku campuran tidak ada kesulitan, mengingat dalam memenuhi kebutuhan tersebut bekerja sama dengan beberapa perusahaan sawit, sehingga bahan baku tadi selalu ada.
Untuk pemasaran, selain ke masyarakat dan petani sekitar, saat ini pihaknya tengah menjajaki ke perusahaan, di antaranya PT WKS, karena eprusahaan membutuhkan pupuk kebutuhan yang banyak, mencapai 3.000 ton per bulan.
“Hingga saat ini, pemasaran tergantung dari pesanan, banyak pesanan dari perkebunan, seperti di Kabupaten batanghari, Kuala Tungkal, dan Kumpeh mereka sudah mulai memesan,” jelasnya
Harga jual
Untuk masyarakat dibanderol Rp 1.200 per Kg .
Namun kalau hitungan karung berat 30 kg dijual Rp 40.000.
"Untuk masyarakat sekitar, selain kita jajaki juga kita berikan masukan untuk melakukan pengelolaan yang sama," tuturnya.