Kisah Nekat IPDA Bambang yang Selamatkan Pilot dari Drama Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia
Dari sederet peristiwa, pembajakan pesawat komersial yang pertama di Indonesia dialami pesawat Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 171.
Kisah Nekat IPDA Bambang yang Selamatkan Pilot dari Drama Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia
TRIBUNJAMBI.COM - Dari sederet peristiwa, pembajakan pesawat komersial yang pertama di Indonesia dialami pesawat Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 171.
Pesawat yang terkenal dengan penerbangan MZ-171 itu dibajak penumpang bernama Hermawan. Peristiwa terjadi pada 15 April 1972.
Saat pesawat penerbangan Manado-Makassar-Surabaya-Jakarta berada di ketinggian 14.000 kaki di atas langit Tegal, seorang penumpang tiba-tiba memaksa masuk ke kokpit.
Penumpang bernama Hermawan itu menggenggam dua buah granat.
Hermawan memaksa pilot mendaratkan pesawat di Bandara Adisucipto Yogyakarta.
Baca: Kecil Namum Mematikan, Deretan Pisau Andalan Pasukan Tentara Khusus di Dunia, Ada Milik Kopassus
Baca: Berniat Ambil Cincin di Mantan Tunangan, Pria Ini Babak Belur Dihajar, Benarkah Dijebak?
Baca: Prakiran Cuaca Jambi Sabtu 23 Februari 2019, Siapkan Payung dan Jas Hujan
Baca: Tubuh Afrianti Ditemukan 16 Km dari Lokasi Kejadian, Warga Lihat Dalam Kondisi Mengapung
Saat pesawat berada di ketinggian 14.000 kaki, Hermawan memaksa masuk ke kokpit. Seorang awak kabin mencoba melarang, namun Hermawan memperlihatkan dua buah granat buatan Republik Rakyat China di genggaman.
Spontan, awak kabin bergeming dan membiarkan Hermawan masuk ke kokpit.
Di sana, dia mengancam pilot Captain Hindiarto dan copilot Captain Soleh. Hermawan mendesak supaya pilot memutar haluan pesawat ke arah timur.
Ternyata, pembajak yang merupakan desertir prajurit tentara itu mencoba nekad membuka pintu pesawat. Tetapi, sang pilot berteriak mengingatkan.

"Jika Bapak membuka pintu pesawat pada ketinggian ini maka anak telinga saya akan pecah, demikian pula telinga Bapak," kata pilot.
Mendengar peringatan itu, pembajak mengurungkan niat.
Pesawat itu akhirnya berhasil mendarat di Bandara Adisucipto, Yogyakarta.
Setibanya di darat, pembajak melalui radio ke ATC (Air Traffic Control) Bandara Adisucipto menuntut tebusan Rp 20 juta.
Itu merupakan jumlah yang sangat besar pada masa itu, seperti dikutip dari wikipediadan sumber lain.
Baca: Prajurit TNI Siaga 24 Jam di Perbatasan Indonesia - Timor Leste, Ada Apa?
Baca: Cara Dapat Tiket Nonton Bioskop Dua Tiket Bayar Satu, Pakai Kode Khusus Ini di CGV
Baca: Desta Ungkap Dukungannya Terhadap Capres Nomor Urut 01, Berikan Pesan ke Pendukung Oposisi