BPS Sebut Penduduk Miskin di Provinsi Jambi, Berkurang 220 Orang

Pada September 2018 komoditi makanan memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Penulis: Fitri Amalia | Editor: Deni Satria Budi

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Fitri Amalia

TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jambi pada bulan September 2018 mencapai 281,47 ribu orang atau 7,85 persen, berkurang sebesar 220 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2018 yang sebesar 281,69 ribu orang atau 7,92 persen.

Pada September 2018 komoditi makanan memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dua komoditi penyumbang utama yakni beras yang memberi sumbangan sebesar 19,45 persen di perkotaan dan 25,85 persen di pedesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua kepada garis kemiskinan sebesar 8, 95 persen di perkotaan dan 13,64 persen di pedesaan.

Baca: Isi Kekosongan Jabatan, Lelang Jabatan Eselon II Pemkab Tanjabtim, Segera Dibuka,

Baca: Gubernur Cup 2019, Lolos Dari Grup Neraka, Kesebelasan Tanjung Jabung Barat, Maju Ke Semifinal

Baca: Dijual 6 Muncikari, Vanessa Angel Terdeteksi 15 Kali Lakukan Transaksi Prostitusi, 9 Akurat

"Jika berdasarkan daerah tempat tinggal, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 2.116 orang dari 118,82 ribu orang pada Maret 2018 menjadi 116,50 ribu orang pada September 2018," ujar Kepala BPS Provinsi Jambi, Dadang Hardiwan pada rilis berita resmi statistik di Kantor BPS Provinsi Jambi, Selasa (15/1).

Pada daerah pedesaan jumlah penduduk miskin naik sebanyak 1.896 orang yaitu dari 163,07 ribu orang pada Maret 2018 menjadi 164,97 ribu orang pada September 2018. Jika dipersentasekan, penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 10,41 persen turun menjadi 10,08 persen pada September 2018. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret 2018 sebesar 6,75 persen naik menjadi 6,80 persen pada September 2018.

Baca: Kenakan Baju Teluk Belango, Amir Sakib Pimpin Upacara Perayaan HUT Jambi Ke-62

Baca: Nikmati Kopi Bunga Dari Muara Bungo, Bisa Beli di Sini

Dikatakan Dadang, Garis Kemiskinan naik sebesar 0,98 persen, yaitu dari Rp 426.251 per kapita per bulan pada Maret 2018 menjadi Rp 430.435 per kapita per bulan pada September 2018, dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

"Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2018 sebesar 76,65 persen," sebutnya.

Ia menyampaikan peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan sandang, pendidikan, dan kesehatan) baik untuk di perkotaan maupun perdesaan.

Baca: Lihat Pakaian yang Dikenakan Putrinya, Ardi Bakrie Tak Tahan Komentar Begini Sambil Tunjuk Bahu

Baca: Pemkab Dorong Sekolah Ajukan Akreditasi, Ini Persyaratan yang Harus Dipenuhi

Baca: Pelebaran Jalan Lintas Timur, Dari Penyengat Olak - Bukit Baling, Bupati: Tidak Ada Ganti Rugi

" Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan pada September 2018 tercatat 73,76 persen, sementara di perdesaan jauh lebih tinggi yang mencapal 78,39 persen," tururnya.

Dadang menyebutkan Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, cabe merah, gula pasir, dan kue basah. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, air, angkutan, dan pakalan jadi anak-anak.

"Pada periode Maret-September 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengeci," tuturnya.

Dadang Hardiwan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.
Dadang Hardiwan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. (TRIBUN JAMBI/FITRI AMALIA)

Dadang juga mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya garis kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota mengalami Penurunan. Tetapi masih ada beberapa daerah yang mencatat garis kemiskinan tertinggi yakni di Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, dan Batang Hari. Sedangkan yang terendah di Sungai Penuh dan Kabupaten Muaro Jambi.

"Kita sandingkan dengan angka Nasional yang tercatat 9,82 persen sedangkan Provinsi 7,92 persen, kita kelompokkan lagi yang di atas provinsi dan di atas nasional yakni Batang Hari 10,23 persen, Tanjung Jabung Barat 11,10 persen dan Tanjung Jabung Timur 12,38 persen, dan yang terendah Sungai Penuh 2,76 persen, Muaro Jambi 4,05 persen, Bungo 5,78 persen, Tebo 6,58 persen dan Kerinci 7,07 persen jadi secara umum seluruh Kabupaten/Kota mengalami penurunan bila dibandingkan kondisi di 2017," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved