Ustaz Arifin Ilham Ucap Perpisahan? Singgung Kematian, Kubur & Doa Bagi Umat, Warganet Menangis
Pesan-pesan yang ditulis Ustadz Arifin Ilham di Facebook membuat akun ayah Alvin Faiz itu banjir tangis dan doa
Ustaz Arifin Ilham Ucap Perpisahan? Singgung Kematian, Kubur & Doa Bagi Umat, Warganet Menangis
TRIBUNJAMBI.COM - Pesan kematian diposting Ustadz Arifin Ilham, akun facebook ayah Alvin Faiz langsung banjir emocion tangisan.
Ustadz Arifin Ilham menulis pesan kematian lewat akun Facebook pribadinya ketika sedang berjuang keras melawan penyakit kanker kelenjar getah bening di Malaysia pada Sabtu malam 12 Januari 2019.
Pesan-pesan yang ditulis Ustadz Arifin Ilham di Facebook membuat akun ayah Alvin Faiz itu banjir tangis dan doa dari para jamaah yang selama ini mencintai sepenuh hati ceramah-ceramah sejuk Ustaz Arifin Ilham.
Pantauan TribunStyle.com, pesan religius Ustaz Arifin Ilham hingga Minggu pagi 13 Januari 2019 pukul 05.30 WIB sudah di-share 651 kali, dibanjiri komentar doa dan tangis haru sebanyak 361 komentar.
Jumlah yang me-like atau bersimpati dengan pesan-pesan religiusnya mencapai 2.900.
Baca: Ustadz Abdul Somad Bahagia Bertemu Sosok Ini di Mekkah, Sampai Dicari ke Kairo & Malaysia
Baca: Nukman Lutfie, Sang Pendekar Hantam Hoax Ini Berpulang, Sempat Terserang Stroke Saat Liburan
Baca: Tahun 2019 Ini Musrenbang Tingkat Desa dan Kelurahan di Sarolangun Terapkan Sistem e-Planning
Berikut ini TribunStyle.com kutip pesan kematian yang ditulis Arifin Ilham ..
Assalaamu alaikum wa rahmatullahi wa barkaatuhu.
Siapa aku? Ya, aku dari tiada, sekarang ada, itu juga hanya sebentar, kembali lagi tiada.
Aku berasal dari ayah ibu, kakek nenek, terus ke atas hingga mendarat di Datuk manusia, Nabi Adam dan Bunda Hawa.
Ujung-ujungnya kita harus menyebut kita adalah bani Adam, keturunan Adam ‘alaihis salam
Sementara bahan dasar moyang kita itu dari tanah, sekarang di atas tanah, semua yang kulihat dari tanah, tidak lama lagi aku pun masuk ke dalam tanah.
Ya, aku yang selalu apik merawat tubuh ini, ternyata calon bangkai yang berkalang tanah.
Aku akan masuk ruang sunyi senyap berbantal tanah, kepala utara, kaki selatan miring ke kiblat.
Belatung, cacing, bau busuk menyerengai dalam daging tulang yang selalu kurawat saat hidup.