Krisis Ekonomi Indonesia Diberitakan Media Asing, Menyoroti Beberapa Dampak Ini

Hal ini dikarenakan nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Tribun Jambi/Samsul Bahri
pedagang di pasar 

TRIBUNJAMBI.COM - Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini menjadi sorotan media asing.

Hal ini dikarenakan nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Dilansir TribunWow.com dari South China Morning Post, Sabtu (6/10/2018), Indonesia yang merupakan negara berkembang disebut rentan terhadap ketidakpastian dan turbulensi yang dipicu perang dagang di AS.

Baca: Edric Sebut Suami Baru Maia Estianty, Ini Catatan Masa Lalu Ibu Al, El dan Dul

 SCMP juga menyoroti wisatawan Indonesia yang kecewa karena nilai tukar dolar AS yang tinggi sehingga mereka tidak bisa berpergian ke luar negeri.

Kendati demikian, harga makanan pokok, ayam, telur, bawang dan cabai, dilaporkan mengalami penurunan.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan jika krisis ekonomi yang terjadi saat ini tidak bisa disamakan saat krisis 1998.

"Dasar perekonomian saat ini baik-baik saja," ujar Perry ketika ditanya soal kemerosotan nilai tukar rupiah.

"Mengapa Anda terus mengatakan itu (penurunan nilai tukar rupiah) yang terendah sejak krisis Asia? Anda membuat Indonesia terdengar seperti sedang kacau," ujar Perry pada This Week In Asia seperti yang dikutip dari SCMP.

Baca: Detik-detik Video Kericuhan Suporter Arema FC Masuk Lapangan dan Tantang Kiper Persebaya Surabaya

Perry juga membandingkan ekonomi Indonesia saat ini dengan jatuhnya rupee di India, Turki, serta beberapa negara di Afrika Selatan.

Gubernur BI itu optimis keadaan ekonomi Indonesia akan kembali stabil sebelum pertemuan IMF-World Bank digelar Bali.

"Kami ingin memunculkan kesan bahwa Indonesia adalah negara yang tangguh dan memiliki ekonomi yang progresif," tambahnya.

Meski Gubernur BI optimis dengan situasi ekonomi Indonesia, menurut SCMP, ada tanda-tanda ketegangan di beberapa bagian ekonomi.

Baca: Mahfud MD Sebut Ratna Sarumpaet Tak Bisa Kena Pasal ITE, Tapi Bisa Kena 10 Tahun, Ini Analisanya

Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di kawasan ini yang mengalami defisit neraca berjalan.

Kenaikan harga minyak global juga diperkirakan akan berdampak pada keuangan Indonesia.

Sementara itu, bisnis yang mengandalkan impor produk dan bahan asing, seperti industri makanan dan minuman, diminta untuk menanggung tekanan biaya yang meningkat tanpa menaikkan harga.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved