Pengawal Presiden Filipina Dinilai Kurang Mumpuni, Kopassus Jalani Misi Rahasia yang Tak Terduga
Seperti kisah satu ini. Sepanjang tahun 1980-1987an negara Filipina dirundung kelam.
TRIBUNJAMBI.COM - Keadaan dalam negeri Filipina bergejolak hebat lantaran rezim diktator korup Ferdinand Marcos.
Seperti kisah satu ini. Sepanjang tahun 1980-1987an negara Filipina dirundung kelam.
Sering mendapat penghargaan dalam bidang militer, ternyata sejarah pasukan khusus milik Indonesia juga pernah membuat beberapa negara meminta bantuan ke Indonesia dalam kekuatan militernya.
Baca: Penerimaan CPNS 2018 Pertengahan September, Ini Kumpulan Soal yang Bisa Dipelajari dari Sekarang
Keadaan Filipina tambah runyam dengan datangnya tokoh oposisi musuh bebuyutan Ferdinand Marcos, Benigno 'Ninoy' Aquino pulang kampung ke Manila dari pengasingannya diluar negeri tahun 1983.
Tapi nasib sial menghampiri Ninoy Aquino, belum juga keluar dari bandara di Manila ia sudah ditembak mati oleh sniper anak buah Jenderal Fabian Ver, Kastaf Ferdinand Marcos.
Sontak hal ini membuat rakyat Filipina marah karena mereka sudah muak atas kepemimpinan tirani Marcos.
Dikutip tribunJambi.com dari Grid.ID, Lahirlah gerakan rakyat bernama 'People's Power', mereka berdemo menuntut penggulingan rezim Marcos.
Baca: Ketika Soeharto Berusaha Meyakinkan Soekarno, Pak Harto: Ini Bukti Bahwa PKI Mengkhianati Bapak
Ferdinand Marcos goyah, militer Filipina di bawah kepemimpinan Jenderal Fidel Ramos dan Kolonel Juan Ponce kemudian melancarkan kudeta terhadap Marcos.
Ferdinand Marcos tumbang dan ia melarikan diri bersama istrinya keluar negeri.
Tampuk kepresidenan kosong, rakyat kemudian memilih Corazon Aquino (janda Benigno 'Ninoy' Aquino) sebagai presiden baru Filipina.
Tapi Corzaon juga menghadapi berbagai ancaman kudeta dan berulangkali kudeta kepadanya dilakukan namun belum berhasil.
Buntungnya lagi pemerintahan Corazon juga dirundung berbagai macam pemberontakan, jadi pemerintah melawan dua hal langsung yaki kudeta dan pemberontakan separatis.
Baca: Sepasang Kekasih Jambret Handphone, Gadis Ini Ditangkap Warga, Pacarnya Malah Kabur
Tahun 1987 Filipina ketiban giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3.
Dalam KTT itu pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.
Namun keadaan keamanan Filipina yang acak adul tak menentu dan rawan tak menentu membuat para pemimpin ASEAN enggan menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan keselamatan.