Memburu Para 'Kribo Hutan' Kisah Pertempuran Kopassus Menyamar Bercelana Jeans dan Kaos Oblong

Jika dalam tugas-tugasnya sampai gugur, maka negara tidak akan mengakuinya mengingat status mereka adalah sukarelawan.

Editor: bandot
Kopassus memburu Fretilin 

TRIBUNJAMBI.COM - Selain kemampuan bertempur para prajurit Kopassus juga dibekali dengan kemampuan melakukan infiltrasi atau masuk ke wilayah lawan tanpa terdeteksi.

Satu diantara operasi Kopassus yang dilakukan oleh Kopassus yakni ketika memasuki wilayah Timor Timur atau sekarang bernama Timor Leste.

Pasukan Kopassus waktu itu masuk ke wilayah Timor Timur tanpa menggunakan seragam dan baret merah kebanggan mereka.

Ketika militer Indonesia (ABRI) berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) demi mendukung rakyat yang mau berintegrasi dengan RI, langkah awal yang ditempuh adalah melancarkan operasi intelijen terlebih dahulu.

Demi melancarkan operasi intelijen itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas (safe house) di Motaain, Belu, NTT yang berfungsi untuk membentuk jaringan dengan kelompok-kelompok pro integrasi yang ada di Tim-Tim.

Petinggi Bakin yang mengendalikan operasi intelijen di Motaain adalah Ketua G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.

Sebagai tokoh intelijen yang dikenal agresif, meskipun belum ada kepastian kapan operasi militer terbuka oleh ABRI dilaksanakan, Mayjen Benny diam-diam telah menyusupkan personel intelijennya.

Para personel Kopassus yang tergabung dalam tim kecil intelejen tersebut dinamakan tim Nanggala.

Baca: Peluru Hantam Pelipis, Penembak Jitu Incar Anggota Kopassus, Gugur di Antara 2 Desa yang Konflik

Sebagai tim kecil intelijen Kopassus, personel Nanggala berada di bawah organisasi (military order) Pasukan Sandiyudha (Kopassandha).

Sejak itulah, seluruh operasi Sandiyudha (intelijen tempur) dalam bentuk tim-tim kecil diberi nama sandi Nanggala.

Tim Nanggala tersebut menggunakan senjata non organik TNI yaitu AK 47.

Dalam berbagai pertempuran sepanjang tugas operasi di Timor Portugis selain AK 47 anggota Nanggola 2 juga menggunakan RL atau Rocket Launcher.

Para awak pesawat militer dan awak pesawat sipil yang mendukung operasi ini juga berstatus sebagai sukarelawan.

Penerbang militer yang menerbangkan pesawat sipil dengan registrasi PK seperti Pelita Air Service atau Dirgantara Air Service, biasanya mengenakan baju putih dan celana biru tua seperti lazimnya awak pesawat komersial.

Tetapi di samping kursi penerbang dan mekanik terdapat senapan serbu G-3 atau AK-47.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved