Misi Rahasia Benny di Kalimantan Utara, 1 Orang Ditahan, Pasukan Elite Inggris Kabur
Benny yang berangkat langsung dari Cijantung hanya membawa tim kecil. Karena misi rahasia, setibanya di Kalimantan Utara ...
TRIBUNJAMBI.COM - Belantara hutan Kalimantan Utara menjadi saksi "kenekatan" pasukan khusus Indonesia saat membela negara. Para Komando Angkatan Darat (RPKAD, sekarang Kopassus; red) melakukan misi pengamanan daerah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Ini merupakan kisah misi rahasia pasukan khusus Indonesia melawan pasukan khusus asing, pada 1960-an.
Seperti dituliskan di intisari online, pada 1961-1966, meletus konfrontasi Indonesia dan Malaysia. Saat itu, Presiden Soekarno mengumandangkan untuk bertempur, di depan rapat raksasa di Jakarta pada 3 Mei 1964 dan mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora).
Poin pertama Dwikora, pertinggi ketahanan revolusi Indonesia. Kedua, bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.
Komando tempur Dwikora dipercayakan kepada Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dhani, yang menjabat sebagai Panglima Komando Siaga (KOGA). tugas yang dibebankan kepada KOGA adalah mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia.
Baca: Sapi Kabur Hingga Masuk Dapur Melalui Atap, Rumah Hingga Berantakan
Baca: Ketika Paskal Malaysia Kalah Pamor dengan Kopaska Indonesia, Ada yang Tak Lulus Sekolah
Baca: Badan Lettu Iwan Oleng Namun Nyangkut Tali Pengaman, 3 Prajurit Kopassus ke Puncak Everest
Sebagai Panglima KOGA, Omar Dhani bertanggung jawab langsung kepada Panglima Tertinggi ABRI/KOTI, Presiden Soekarno.
Tapi, sebelum KOGA dibentuk aksi penyusupan yang dilancarkan oleh sukarelawan Indonesia sudah berlangsung cukup lama.
Penyusupan
Operasi penyusupan yang digelar Indonesia ke wilayah perbatasan Malaysia sesungguhnya merupakan operasi yang berbahaya karena musuh yang dihadapi merupakan pasukan reguler terlatih dan berpengalaman di berbagai medan perang.
Militer Malaysia yang didukung Inggris dan negara-negara persemakmuran, seperti Selandia baru serta Australia tidak bisa dihadapi oleh pasukan gerilya yang menyamar dan mengunakan persenjataan terbatas.
Gerilyawan Indonesia yang terdiri dari para sukarelawan bahkan harus menghadapi pasukan Gurkha dan SAS Inggris yang sudah sangat berpengalaman dalam pertempuran hutan.
Selain itu, garis perbatasan Malaysia-Indonesia yang panjangnya sekitar 1.000 Km juga tidak mungkin hanya diamankan oleh pasukan gerilya.
Kondisi itu mungkin tidak terpikirkan oleh Presiden Sukarno yang sedang bersemangat setelah sukses merebut Irian Barat lewat Trikora.

Tapi, bagi Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Achmad Yani, situasi medan tempur di perbatasan itu sangat merisaukannya, kendati Angkatan Darat sudah mengirim Batalyon II RPKAD (sekarang Kopassus) untuk mengamankan perbatasan.
Baca: Ini Kronologi Penonton Final Bulutangkis Indonesia-China Teriaki Petugas di Depan Loket Tiket
Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani : Tragedi Seorang Loyalis, Letjen Ahmad Yani segera memanggil personel andalan RPKAD yang sukses memimpin perang gerilya di Irian Barat, Mayor Benny Moerdani.