Satu Prajurit Gugur, Kisah Operasi Tiga Menit Kopassus yang Menggegerkan Dunia
Mahrizal menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi.
TRIBUNJAMBI.COM - Tanggal 29 Maret, 35 anggota Kopassandha atau sekarang bernama Kopassus meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10 yang disewa.
Tujuan mereka adalah ke Bandara Don Mueng di Thailand.
Pasukan ini mengemban misi khusus untuk melumpuhkan para teroris yang menyandera 36 penumpang pesawat DC-9 Woyla.
Para anggota pasukan elite TNI ini hanya mengenakan pakaian sipil.
Tak terlihat mereka sedang mengemban tugas penting untuk menyelamatkan para sandera yang nyawanya tengah terancam.
Tujuan penggunaan pesawat DC-10 dikarenakan terdapat kemungkinan bahwa para pelaku akan menerbangkan pesawat tersebut sampai ke Libya.
Para anggota pasukan khusus ini bakal memburu para pembajak ini hingga kemanapun.
Sampai di Thailand Persiapan pun dilakukan.
Latihan terakhir telah usai ketua tim Operasi Letkol Sintong Panjaitan sempat "menipu" anak buahnya sebelum operasi digelar.
Berpura-pura operasi gagal, Sintong meminta semua anak buahnya tidur.
Ini semata-mata dilakukannya agar anak buahnya cukup istirahat dan segar saat melakukan operasi berbahaya ini.
Baca: Pertempuran Brutal Kopassus dan SAS di Desa Mapu, Gagah Berani Serbu Markas Tentara Inggris
Dan waktunya pun tiba, tengah malam seluruh pasukan dibangunkan, sekitar Pukul 02.30 tanggal 31 Maret, prajurit bersenjata mendekati pesawat.
Berpakaian loreng dan mengenakan baret merah kebanggaan Kopassus, mereka telah siap tempur.
Sebagian pasukan Menyandang senapan serbu H&K MP5 SD-2 kaliber 9 mm para tentara Kopassus ini siap menyergap para teroris.
Para pelaku penyanderaan telah teridentifikasi, ada 6 orang.