Menjadi Pekerja Serabutan, Kisah Hidup Soeharto yang Jarang Diketahui, Sempat Jadi Polisi Jepang
Kisah Soeharto berikut ini merupakan sepenggal kisah perjalanan hidup soeharto. Keluarga Soeharto bisa dikatakam tidak rukun.
TRIBUNJAMBI.COM - Kisah Soeharto berikut ini merupakan sepenggal kisah perjalanan hidup soeharto.
Keluarga Soeharto bisa dikatakam tidak rukun.
Alhasil, enggak sedikit anak broken home yang ujung-ujungnya hidupnya juga hancur-hancuran.
Tapi, itu nggak berlaku buat Soeharto!
Yoi, meski bapak dan ibu kandungnya enggak rukun plus terlilit berbagai masalah (terutama masalah ekonomi), Soeharto yang beranjak remaja tetap banyak yang menyayangi serta memperhatikan.
Baca: 2019, Kantor Pustaka Kerinci Targetkan Jadi Dinas
Baca: 30 Pasukan Hantu Kopassus yang Mengobrak-abrik Markas Pemberontak Hingga Bikin Kagum Panglima PBB
Semasa sekolah, Soeharto yang terkenal rajin dan murah senyum ini termasuk lumayan gampang bergaul. Cuma, teman yang benar-benar akrab dengannya hanya sedikit!
Sehari-hari, dia lebih banyak menghabiskan waktunya buat bertani. Soeharto yang sangat mengagumi pakliknya, Prawirohardjo, paling jago menanam bawang bombai dan bawang putih.
Setelah lulus SD, Soeharto meneruskan ke Schakel School, sebuah sekolah menengah pertama di Wonogiri. Karena jaraknya jauh dari rumah buliknya, dia pun harus pindah.
Baca: Acara Hitam Putih Dapat Teguran KPI, Deddy Corbuzier: Bagaimana dengan Joget-joget Vulgar?
Demi bisa terus sekolah, Soeharto rela menumpang tinggal di rumah kakak Sulardi, sahabatnya, di Selogiri. Soeharto dan Sulardi dapet jatah sekamar berdua.
Cuma, belum lama tinggal di sana, kakak Sulardi cerai dengan suaminya.
Terpaksalah Soeharto mencari tempat "numpang tidur" yang baru!
Oleh bapaknya, Soeharto dititipkan pada sahabatnya, Hardjowijono. Seorang pensiunan yang enggak dikarunia anak, yang tinggal di Wonogiri.
Tahun 1939, Soeharto menamatkan sekolah menengah pertamanya.
Baca: Alasan Jusuf Kalla Tolak Jadi Ketua Tim Pemenangan Joko Widodo-Maruf Amin pada Pilpres 2019
Menjelang ujian kelulusannya, gelombang protes bangsa Indonesia terhadap penjajahan pemerintah kolonial Belanda mulai kencang.
Tapi, Soeharto enggak peduli lantaran sedang berkonsentrasi penuh pada ujian kelulusannya.