Satu Gram Dibanderol Rp 1,4 Juta, 'Yarsagumba' Obat Kuat yang Harganya Lebih Mahal dari Emas
Tentu bukan emas dalam artian sebenarnya, melainkan mengacu pada yarsagumba, sejenis jamur ulat.
TRIBUNJAMBI.COM - Para pendaki mengenal pegunungan Himalaya, dengan puncak Everest, sebagai destinasi impian.
Tapi, bagi penduduk setempat, pegunungan Himalaya adalah lokasi 'tambang emas'.
Tentu bukan emas dalam artian sebenarnya, melainkan mengacu pada yarsagumba, sejenis jamur ulat.
Baca: BREAKING NEWS: Penemuan Mayat Bayi di Tebo Ulu, Warga Sempat Mengira Boneka
Yarsagumba, dalam bahasa Tibet memiliki arti 'rumput musim panas, ulat musim dingin'.
Terbentuknya Yarsagumba
Tanaman unik ini terbentuk saat larva ngengat yang hidup dalam tanah, terinfeksi spora jamur parasit Ophiocordyceps sinensis.
Saat terinfeksi dan mati, tubuh ulat itu akan mengeras sementara di bagian kepalanya, tumbuh jamur berwarna coklat berbentuk pipih.
Secara fisik, bentuk yarsagumba cukup unik, berupa batang cokelat kekuningan seukuran korek api yang mencuat dari dalam tanah.
Namun, mendapatkan yarsagumba bukanlah hal mudah.
Lokasi tumbuhnya sangat sulit dijangkau.
Itu karena yarsagumba hanya ditemukan di wilayah bertanah lembab di ketinggian 3000-5000 meter di atas permukaan laut.
Selain itu, jamur unik ini umumnya hanya tumbuh di awal musim panas atau sekitar bulan Mei dan Juni.
Baca: Penjelasan Anies Baswedan Soal Bedan Tim Percepatan Kegiatan Strategis Daerah Dengan TGUPP
Panen Yarsagumba
Maka, tidak heran jika musim panas tiba, desa-desa di lereng pegunungan Himalaya mendadak kosong.
Penduduk desa akan mendaki dan mencari yarsagumba di lereng-lereng tinggi.