Ramadan Sudah di Penghujung, Inilah Amalan yang Baik Dikejar dan Dikerjakan
Rasa takut kehilangan dan kekhawatiran tak akan berjumpa lagi dengan Ramadan pasti bergelanyutan di relung hati umat Muslim.
TRIBUNJAMBI.COM- Ramadan telah sampai di ujung bulan.
Rasa takut kehilangan dan kekhawatiran tak akan berjumpa lagi dengan Ramadan pasti bergelanyutan di relung hati umat Muslim.
Di sisi lain, muncul pula rasa bahagia mengingat sebentar lagi akan tiba hari kemenangan Idul Fitri yang dihadiahkan bagi umat Muslim yang bersungguh-sungguh menjalankan Ibadah.
Namun pernahkan terbesit di dalam hati, bahwa kehadiran bulan Ramadan ini kurang kita maksimalkan untuk beribadah kepadaNya?
Jika iya, maka belumlah terlambat untuk memperbaiki diri, sebelum Ramadan benar-benar berakhir.
Salah satunya adalah dengan cara beritikaf (beribadah di masjid).

Dilansir dari NU Online, Itikaf adalah salah satu ibadah yang dianjurkan selama Ramadan.
Sebagaimana yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw.
Dari Aisyah r.a, isteri Nabi, menuturkan: “sesungguhnya Nabi melakukan Itikaf pada sepuluh hari terakhir bukan Ramadan hingga Beliau wafat, kemudian isteri-isterinya mengerjakan Itikaf sepeniggal Beliau”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1886 dan Muslim: 2006)
Itikaf secara bahasa memiliki arti menetapi suatu kebaikan atau kejelekan.
Sedangkan secara ilmu fiqh Itikaf adalah berdiam diri dalam masjid dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
Ketentuan Itikaf
Diantara ketentuan tersebut adalah;
Pertama orang yang melakukan Itikaf adalah orang islam, maka Itikaf yang dilakukan oleh orang selain beragam islam itu hukumnya tidak sah (batal).
Kedua, berakal sehat, Apabila mu’takif itu gila atau terserang penyakit epilepsy maka batal (tidak sah) Itikafnya.
Ketiga orang yang beritikaf (mu’takif) harus dalam keadaan suci dari haid dan nifas bagi seorang perempuan, dan suci dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan diwajibkannya mandi junnub.
Rukun Itikaf