Habitat Berkurang dan Perburuan Liar, Populasi Gajah Semakin Kecil
Sedangkan gajah Asia punggungnya lebih tinggi dan telinga lebih kecil dan berat badan lebih rendah.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Nani Rachmaini
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - "Kekurangan habitat serta perburuan liar menjadi ancaman besar yang menyebabkan populasi gajah semakin kecil. Sebabnya, menjadi pemicu konflik antara manusia dan gajah," ungkap Alexander Markus Massbrucker, Keynote Speaker dari Frankfurt Zoological Society pada Seminar Nasional Konservasi Gajah di Unja, Minggu (15/4)
Pada kesempatan tersebut, ia berbicara tentang melindungi dan konservasi gajah serta perbedaan gajah Asia dan gajah Afrika.
Kepada Tribunjambi.com, disampaikannya, perbedaan yang signifikan dari gajah tersebut yaitu pada gajah Afrika, baik jantan dan betina memiliki gading, tulang punggung mirip kuda dan berat badan yang lebih besar. Sedangkan gajah Asia punggungnya lebih tinggi dan telinga lebih kecil dan berat badan lebih rendah.
Menurutnya, kondisi gajah liar (gajah Sumatera, Borneo) saat ini terancam punah.
Diungkapkannya, kondisi di lapangan terjadi kekurangan habitat. Selain itu perburuan liar menjadi ancaman besar yang menyebabkan populasi semakin kecil.
Sebabnya, menjadi pemicu konflik antara manusia dan gajah.
Untuk melindungi dari kepunahan, perlu dilakukan pendampingan baik untuk masyarakat ataupun gajahnya.
Ia mengatakan pendampingan harus dilakukan secara serius dan terus menerus. Pendampingan tidak dapat dilakukan hanya sekali-sekali saja.
Krismanko Padang, juga satu di antara pemateri dalam seminar nasional menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa yang menyelenggarakan seminar tersebut. kegiatan seperti ini sangat jarang terjadi.
Seminar nasional tersebut diselenggarakan ikatan mahasiswa biologi, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Prodi pendidikan biologi. Tema yang diangkat upaya konservasi gajah di Sumatera.
Dia pun berharap kepada mahasiswa ahar dapat membantu upaya konservasi yang dilakukan.
Menurutnya, pemerintah dalam hal ini balai konservasi suber daya alam (BKSDA) sangat open terhadap ide ide dari universitas tentang bagaimana konservasi gajah ke depannya.
"Ke depannya akan komunikasi intensif untuk memikirkan solusi yang terbaik untuk konservasi gajah di Jambi," ujarnya.
Ketua Pelaksana, Joko Febrianto mengatakan seminar tentang gajah dilakukan karena melihat dari segi keadaan Jambi. Saat ini terjadi konflik antara gajah dan manusia.
Katanya, gajah merupakan hewan langka yang harus dilindungi dan dilestarikan. Dia pun mengajak semua kalangan untuk menjaganya.
"Harapannya mereka (gajah; red) dapat hidup dan berkembang biak dengan tenang tanpa ada gangguan," katanya, Minggu (15/4).(cda)