Jangan Sering Patah Hati Karena Bisa Percepat Kematian, Ini Kata Penelitian

Secara garis besar, 'sakit hati' adalah istilah emosional yang kita anggap sebagai gejala fisik karena patah hati atau kesedihan.

Editor: Suci Rahayu PK
Ilustrasi patah hati 

TRIBUNJAMBI.COM - Penelitian menunjukkan 30 hari pertama setelah orang yang dicintai meninggal, risiko kematian kita juga meningkat secara signifikan.

Seberapa mungkin Anda meninggal karena sakit hati dan kesedihan?

Pakar jantung asal Australia, Nikki Stamp mengatakan bisa jadi, dan istilahnya adalah takotsubo, diambil dari bahasa Jepang yang artinya guci gurita.

Apa yang terjadi?

Baca: Remaja Tahun 90an Pasti Ingat Penyanyi Alina Hassan, Nasibnya Kini Jadi Petugas Kebersihan

Secara garis besar, 'sakit hati' adalah istilah emosional yang kita anggap sebagai gejala fisik karena patah hati atau kesedihan.

"Apa yang kita tahu bagi sebagian orang merasa tertekan karena kehilangan seseorang, atau apapun yang membuat tertekan dalam hidup, memicu banyak reaksi dalam tubuh secara fisik dan dan juga secara psikologi yang dapat menyebabkan penyakit, bahkan kadang-kadang menyebabkan seseorang meninggal dunia, "kata Dr Stamp.

Penelitian menunjukkan 30 hari pertama setelah orang yang dicintai meninggal, risiko kematian kita juga meningkat secara signifikan.

Apa yang terjadi secara fisik?

Ini semua kembali ke stress atau merasa tertekan.

"Apa yang terjadi hal-hal seperti itu meningkatkan detak jantung dan tekanan darah Anda, membuat jantung bekerja lebih cepat, darah lebih kental, dan merusak sistem kekebalan tubuh Anda," kata Dr Stamp.

"Dan, tentu saja, kita mulai melakukan hal-hal yang mungkin tidak baik, seperti menguburkan perasaan dengan makan-makan enak atau tidak berolahraga, tidak mau berhubungan dengan orang lain."

"Ini benar-benar bagian penting bagaimana kita mengatasi stress."

Sekarat akibat patah hati

Tekanan karena kesedihan dapat berdampak pada kesehatan secara umum, tapi ada kondisi medis tertentu yang terbukti dengan sebutan "taktsubo cardiomyopathy", sebuah sindrom yang menurut dokter sekarat karena patah hati.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved