Ternyata Soekarno Miliki Surat Sakti yang Bernama Supertasmar Untuk Atasi Soeharto

Polemik Surat Perintah 11 Maret 1966 selama ini lebih tertuju pada peristiwa yang terjadi di Istana Bogor.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966. | kompas.com 

TRIBUNJAMBI.COM - Polemik Surat Perintah 11 Maret 1966 selama ini lebih tertuju pada peristiwa yang terjadi di Istana Bogor. 

Baca: Leher Guru Ngaji Ditusuk Saat Jadi Imam Salat Subuh, Pelakunya Gak Disangka Banget, Ternyata. .

Baca: FOTO: Suksesnya Pameran Semarak Toyota di Mal Jamtos, Ada Promo Menarik dan Super Cash Back

Ketika itu, Presiden Soekarno memberi Supersemar kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto melalui tiga jenderal, yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen Muhammad Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud. 

Namun, ada sejumlah misteri yang belum terjawab selain keberadaan naskah asli atau beda interpretasi antara Soekarno dan Soeharto tentang Supersemar

Salah satunya adalah Supertasmar, Surat Perintah Tiga Belas Maret. 

Ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan Soekarno untuk mengoreksi Supersemar

Keberadaan Supertasmar ini diungkap kali pertama oleh AM Hanafi dalam buku Menggugat Kudeta Jenderal Soeharto: Dari Gestapu ke Supersemar (1998). 

Baca: Nasib Tragis Pria ini Diterkam Harimau Saat Hendak Bikin Sarang Walet!

Baca: VIDEO KULINER JAMBI: Jade Restoran di Hotel Aston Kenalkan Menu Baru Ayam Taliwang

AM Hanafi merupakan mantan Duta Besar RI untuk Kuba pada era Soekarno. 

Kelahiran Supertasmar disebut berawal ketika Soekarno marah mendengar kabar bahwa Partai Komunis Indonesia dibubarkan oleh Soeharto. Soekarno menganggap Soeharto melampaui wewenangnya sebagai pengemban Supersemar

Kekeliruan langkah Soeharto dalam menginterpretasi Supersemar itulah yang memicu Soekarno mengeluarkan Supertasmar. 

AM Hanafi menjelaskan, Supertasmar itu berisi pengumuman bahwa Supersemar bersifat administratif/teknis, dan tidak politik. Soeharto juga diminta untuk segera memberikan laporan kepada Presiden. 

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, mengatakan, Soekarno berusaha menyebarkan isi Supertasmar ke publik. Namun, upaya itu gagal. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved