Target Satu Buku Satu Peserta, Pelatihan Menulis Buku untuk Guru
Sebanyak 103 warga Bungo mengikuti pelatihan menulis buku, pada Kamis (1/3) di Hotel Amaris Bungo.
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - “Sebelum jam 18.00 sudah saya terima ya sinopsisnya,” kata Eko Prasetyo, pada peserta di aula Amaris Hotel Muara Bungo.
“Yahh,” kata Surmawati, guru dari MAN Muara Bungo yang ada di antara 149 peserta lainnya.
“Itu konsekuensinya,” kata Eko, jawabnya kepada 150 peserta di depannya.
Sebanyak 103 warga Bungo mengikuti pelatihan menulis buku, pada Kamis (1/3) di Hotel Amaris Bungo.
Peserta pelatihan tersebut terdiri dari guru siswa, mahasiswa dan praktisi pemerintahan di Bungo. Meski pun begitu jumlah keseluruhan peserta adalah 150, sisanya berasal dari Merangin, Tebo, Kerinci hingga Sumatera Barat.
Feerlie Moonthana Indhra, ketua panitia, mengatakan ketika pendaftaran sudah tutup masih ada yang ingin ikut. “Padahal kita sudah penuh 150 peserta kuotanya,” katanya.
Pelatihan ini bertajuk pelatihan menulis Sagusabu atau Satu Guru Satu Buku. “Meski pun peserta kita tidak semuanya guru tapi kami ingin menularkan semangat menunlis ini bekerjasama dengan Media Guru Indonesia,” katanya.
Pematerinya adalah Eko Prasetyo selaku pimpinan redaksi Media Guru Indonesia dam Muhammad Ikhsan selaku CO Media Guru. Dari dua pemateri ini, peserta dilatih dua hari.
Pada hari pertama ada profesionalisme dalam menulis, pengetahuan dasar dunia buku, kita menembus penerbit, metode menulis buku dan praktik menulis buku. Sedangkan pada hari kedua peserta akan disuguhkan materi publikasi buku, bedah naskah, bahasa penulisan buku dan strategi pemasaran buku.
“Targetnya paling tidak minimal satu peserta ini, sesuai temanya, menghasilkan satu buku,” katanya.
Dia mengatakan pelatihan ini tidak dibiayai pemerintah. “Ini biaya sendiri dan uang dari pendaftaran peserta,” kata Ferly.
Meski pun begitu dia mengatakan acara ini berawal dari kenyataan banyak karya guru tidak bisa dipublikasi. “Sulit dibukukan. Kalau ada pun berupa plagiat. Karena nggak paham cara penulisan yang sesuai,” katanya.