Perayaan Imlek
Perlengkapan Ibadah Itu Bernama Garu, Ini Penjelasan Pengurus Kelenteng Shiu Shan Theng
Dalam perayaan Tahun Baru Imlek, sembahyang adalah ritual yang mesti diikuti penganut Konghucu.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Fifi Suryani
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Mareza Sutan A J
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Dalam perayaan Tahun Baru Imlek, sembahyang adalah ritual yang mesti diikuti penganut Konghucu. Dalam ritual sembahyang tersebut, ada peralatan yang tidak boleh ketinggalan, yaitu garu.
Sekilas, bentuknya hanya seperti lidi. Tapi, tahukah Anda, dalam kepercayaan Konghucu, garu merupakan satu diantara alat ibadah yang wajib. Begini penjelasannya.

Baca: FOTO: Peningkatan Penumpang pada Imlek Tahun Ini Signifikan
Menurut Asiong, pengurus Kelenteng Shiu San Theng, Kota Jambi, garu adalah media untuk menyampaikan permohonan pada Tuhan. Kepulan asap dari garu yang dibakar dipercaya akan sampai pada Tuhan dan Dewa-dewa untuk dikabulkan.
"Ketika mengangkat garu itu, kami berdoa. Nanti asap-asap itu akan sampai pada Tuhan dan Dewa-dewa," jelasnya.
Asiong juga menjelaskan, tata cara mengangkat garu berbeda-beda. Menurutnya, dalam menghadap Tuhan, garu diangkat lebih tinggi, biasanya sampai di atas kepala. Sementara, dalam permohonan kepada Dewa-dewa, garu biasanya diangkat lebih rendah.
Dia mengatakan, itu dilakukan karena dalam ajaran Konghucu, Tuhan lebih tinggi daripada Dewa-dewa. Jadi, dalam memohon pada Tuhan, posisi garu pun lebih tinggi.
"Karena Tuhan kan, lebih tinggi. Tuhan itu tempat memohon untuk segala urusan. Kalau Dewa kan, ada bagiannya masing-masing," terang Asiong.

Dia juga menerangkan, setelah permohonan, garu-garu tersebut ditancapkan dalam sebuah wadah yang disebut hiu lo. Asap garu yang dibakar dibiarkan mengepul, karena itu merupakan simbol sampainya doa-doa tersebut kepada Tuhan.