Baru Setahun Idi Amin Menjabat, 60.000 Orang Asia Langsung Disuruh Angkat Kaki dari Uganda
Di awal 1962, Letnan Amin sebagai komandan peleton dikirim ke Kenya Barat Laut untuk sekali lagi diperintahkan menaklukkan
TRIBUNJAMBI.COM - Di awal 1962, Letnan Amin sebagai komandan peleton dikirim ke Kenya Barat Laut untuk sekali lagi diperintahkan menaklukkan pencuri ternak, kali ini suku Turkana.
Hanya saja suku Turkana sudah lebih canggih. Mereka menggunakan senjata api.
Beberapa peleton dari Company 'C’ Kesatuan ke 4 KAR dikirim untuk menyerbu dan menyita persenjataan mereka. Semua berhasil, kecuali peleton pimpinan Amin.
Malu akan kegagalannya, malam itu juga Amin dan anak buahnya kembali ke desa. Kali ini mereka pulang dengan sukses. Beberapa hari kemudian datang protes dari Turkana.
Baca: Jual Bedak Secara Online Rp 110 Ribu, Nadia Jadi Tersangka Karena Bunuh Pelanggannya. Alasannya
Belakangan ditemukan pula mayat di kubur-kubur dangkal. Tampak benar para korban sudah habis-habisan dianiaya sebelum mati.
Sir Walter Coutts, gubernur Uganda yang terakhir, ditelepon oleh Wakil Gubernur Kenya Sir Eric Griffith-Jones yang melaporkan, "Baru terjadi peristiwa mengerikan di Turkana.
Bukti-bukti menunjukkan salah seorang tentara Anda telah menghancurleburkan satu desa Turkana termasuk membunuh warganya.
Kelihatannya saya harus mengajukan tuntutan kriminal terhadap orang itu." Perwira yang disebutkan bernama Idi Amin.
Beruntung bagi Amin, karena pertimbangan politik, Amin tak jadi diajukan ke pengadilan. Ironisnya, itu berkat jasa Milton Obote yang baru beberapa bulan menjadi PM.
Amin hanya didenda dan mendapat peringatan keras. Padahal kalau sampai diajukan ke pengadilan dan diputuskan bersalah, paling tidak ia bakal dipecat dari ketentaraan dan dipenjarakan.
Waktu itu: Sir Walter Coutts memperingatkan Obote, "Perwira ini dapat menyusahkan Anda di kemudian hari."
Barangkali pesan Sir Walter itulah yang pertama kali diingat Obote, ketika mendengar kudeta yang dilakukan Idi Amin dalam perjalanan pulangnya dari konferensi negara persemakmuran di Singapura, 25 Januari 1971.
Obote tidak pulang ke Kampala, ibu kota Uganda, melainkan ke Darussalam, ibu kota Tanzania, negara sahabatnya, Presiden Julius Nyerere.
Baca: Nyesek! Tercyduk Selingkuh Jalan Berdua, Wanita Ini Malah Pilih Mantan Pacar Daripada Suaminya