Berita Internasioal

12.000 Nuklir di Dunia dan Beda Senjata Rusia Cina dan Amerika, Bandingkan Kekuatannya

Sekira 12.000 hulu ledak nuklir yang ada di dunia, didominasi oleh Ruaia, Cina dan Amerika Serikat

Editor: asto s
Tribunnews
Bom nuklir Tsar Bomba 
Ringkasan Berita:
  • Amerika Serikat berencana memulai kembali uji coba senjata nuklir, sebagai respons terhadap langkah Rusia dan Cina yang lebih dulu mengembangkan sistem berkemampuan nuklir.
  • Rusia memperkuat kekuatan dengan rudal Burevestnik dan torpedo Poseidon, sementara Cina terus memperluas arsenal nuklirnya menuju 1.000 hulu ledak pada 2030.
  • Persaingan tiga negara ini menandai kebangkitan perlombaan senjata nuklir global, mengancam runtuhnya perjanjian pengendalian senjata dan stabilitas dunia.

TRIBUNJAMBI.COM - Ada sekira 12.000 hulu ledak nuklir yang ada di dunia, yang didominasi oleh Ruaia, Cina dan Amerika Serikat.

Tiga negara ini sebelumnya cukup berhati-hati terkait senjata pemusnah massal di dunia ini.

Dunia kembali menatap awan gelap perlombaan nuklir

Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade, Amerika Serikat secara terbuka menyatakan siap memulai kembali uji coba senjata nuklir, menyusul langkah Rusia dan Cina yang disebut telah lebih dulu menguji sistem persenjataan berkemampuan nuklir.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana tersebut lewat unggahan di platform pribadinya, Truth Social. 

"Karena program pengujian negara lain, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji senjata nuklir kita secara setara," tulis Trump. 

Meski tidak menjelaskan bentuk pengujiannya, apakah hulu ledak atau sistem pengiriman, sinyal itu cukup untuk mengguncang keseimbangan global yang selama tiga dekade dijaga melalui perjanjian internasional.

Langkah ini muncul di tengah hubungan dingin antara tiga kekuatan besar dunia.

Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, yang semuanya memegang kunci kekuatan destruktif terbesar umat manusia. 

Ketiganya belum melakukan uji coba nuklir penuh sejak tahun 1990-an, namun masing-masing terus memperbarui teknologi dan infrastruktur militernya.

Rusia, Sang Mahadahsyat Burevestnik dan Poseidon

Rusia di bawah Vladimir Putin mengklaim telah berhasil menguji dua sistem senjata strategis.

Terbaru, rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik dan torpedo Poseidon. 

Keduanya dirancang untuk menembus pertahanan rudal musuh dan mampu membawa hulu ledak nuklir lintas benua.

Kremlin menegaskan pengujian itu "tidak termasuk kategori nuklir", namun para analis Barat melihatnya sebagai pesan politik bahwa Moskow siap jika Washington lebih dulu melanggar kesepakatan lama.

Rusia diketahui memiliki sekitar 5.459 hulu ledak nuklir, sedikit lebih banyak dari Amerika Serikat, dan menguasai hampir 45 persen dari seluruh senjata nuklir global. 

Sebagian besar merupakan senjata strategis jarak jauh, sementara sekitar 2.000 di antaranya bersifat non-strategis atau taktis, jenis senjata yang tidak diatur dalam perjanjian internasional mana pun.

Amerika Serikat dan Ledakan Bawah Tanah

Amerika Serikat, dengan 5.177 hulu ledak nuklir, terakhir melakukan uji coba penuh pada tahun 1992. 

Namun, di bawah pemerintahan Trump, Pentagon telah memperkuat program readiness untuk memastikan AS bisa melakukan uji coba bawah tanah dalam 24-36 bulan sejak perintah presiden dikeluarkan.

Pemerintah AS bahkan telah menggelar "ledakan kimia bawah tanah" di Nevada bulan ini, untuk meningkatkan kemampuan deteksi terhadap uji coba berdaya ledak rendah di seluruh dunia.

Meski secara teknis bukan uji coba nuklir, aksi ini dipandang sebagai langkah simbolik bahwa Washington siap mengakhiri masa moratorium yang berlangsung lebih dari tiga dekade.

Sejumlah pengamat, termasuk William Alberque dari Forum Pasifik, menilai kebangkitan program nuklir AS bukan semata faktor militer, melainkan sinyal geopolitik. 

"Nilai ilmiah dari pengujian baru sangat kecil, tetapi nilainya politis, memberi pesan bahwa AS tidak akan membiarkan Moskow dan Beijing unggul di medan deterensi," ujarnya.

Cina, Kekuatan Mengerikan Beijing

Berbeda dengan dua raksasa lama, Cina melangkah dengan strategi yang lebih tenang tapi pasti. 

Uji coba terakhir di lokasi Lop Nur dilakukan pada 1996, namun sejak itu Beijing melakukan modernisasi besar-besaran terhadap kekuatan nuklirnya.

Menurut Pentagon, Cina kini memiliki sekitar 700 hulu ledak aktif, dan berpotensi melampaui 1.000 hulu ledak operasional pada tahun 2030.

Sebagian besar bisa diluncurkan dari darat, laut, maupun udara.

Pakar nuklir Hans Kristensen menyebut ekspansi Cina sebagai "lompatan generasi" menuju sistem senjata otomatis yang berkelanjutan. 

"Jika tren ini berlanjut, Beijing akan menjadi kekuatan nuklir sejajar dengan Washington dan Moskow dalam dua dekade mendatang," katanya.

Perjanjian yang Retak dan Dunia di Persimpangan

Perjanjian New START antara AS dan Rusia, satu-satunya kesepakatan pengendalian senjata strategis yang masih berlaku, akan berakhir tahun depan. 

Rusia bahkan telah menarik ratifikasinya dari Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) pada 2023, sementara AS belum pernah meratifikasi perjanjian itu sejak 1996.

Situasi ini menempatkan dunia di tepi jurang Perang Dingin baru, di mana kekuatan nuklir kembali menjadi alat tawar dalam diplomasi global. 

Jika ketiganya benar-benar kembali melakukan uji coba, efeknya bukan hanya politik, tapi juga psikologis, menghidupkan kembali era ketakutan atomik yang pernah menandai abad ke-20.

Dunia di Bawah Bayang-Bayang Senjata Pemusnah Massal

Dengan lebih dari 12.000 senjata nuklir aktif di bumi dan 90 persen di antaranya dikuasai oleh Rusia dan Amerika Serikat, keseimbangan global kembali rapuh.

Ketika Washington, Moskow, dan Beijing saling menguji batas kekuatan mereka, satu hal menjadi jelas: dunia belum benar-benar keluar dari bayang-bayang nuklir, hanya menunda letusannya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Baca juga: BLT Kesra Rp 900 Ribu Belum Masuk Rekening? Pantau di cekbansos.kemensos.go.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved