Human Interest Story
Asih Ingin Jadi Dokter, Paradoks Digital Orang Rimba di Hutan Jambi
Cita-cita itu mulai muncul, setelah Asih bersekolah. Cita-citanya menjadi dokter bertambah besar, saat mendapat banyak informasi dari internet .
Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s
Biasanya, satu keluarga hanya memiliki satu gawai.
Anak-anak, seperti Asih, tidak diberikan peranti itu secara pribadi. Mereka hanya meminjam milik orangtua, jika ingin mengakses media sosial TikTok dan YouTube.
"Mereka (anak Rimba) juga tidak bisa punya medsos sendiri. Bisanya cuma bilang ke ayah, nanti punya ayahnya dipinjaminkan untuk nonton," tutur Ulvi.
Di Kampung Pasir Putih, Anak-anak Rimba di bangku sekolah dasar tidak terbiasa menggunakan ponsel untuk komunikasi atau belajar. Mereka belum siap dengan pendidikan digitalisasi secara baik.
Menurut Ulvi, anak usia delapan tahunan masih belum begitu mengenal teknologi, meskipun sudah mengerti cara menggunakan gawai. Tidak ada tuntutan bagi mereka untuk mengenal gawai.
"Kalau teman- teman ramai tidak memainkan HP (ponsel). Lebih banyak mainnya," kata Ulvi.

Literasi digital di komunitas tersebut masih terbatas. Anak-anak menggunakan ponsel tanpa pendampingan dan belum memahami fungsinya secara luas.
"Kalau tidak dibekali literasi digital, mereka menggunakan HP tidak sesuai fungsinya," jelas Ulvi.
Persoalan Dukungan
Saat ini, Pundi Sumatera tengah menjalankan program pelatihan digital, pembuatan konten, pemanfaatan ponsel, hingga pengenalan penggunaan tools AI (artificial intelligence).
Ulvi berharap ada dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal pendirian sinyal internet yang stabil.
Dengan dukungan tersebut, anak-anak seperti Asih tidak hanya mengenal ponsel sebagai hiburan, tapi juga sebagai sarana belajar dan membuka wawasan.
Menurut penelitian dalam ESTUNGKARA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 Tahun 2022, literasi digital di kalangan Suku Anak Dalam masih sangat rendah. Hanya sekitar 0,01 persen warga SAD di Desa Nyogan, Kabupaten Muaro Jambi, yang menggunakan teknologi digital untuk menambah wawasan. Sebagian besar anak-anak SAD hanya mengenal ponsel sebagai alat hiburan seperti menonton video atau bermain game .
Komunitas Suku Anak Dalam tersebar di delapan kabupaten di Provinsi Jambi, termasuk Muaro Jambi, Batanghari, Tebo, Sarolangun, Merangin, Bungo, Tanjab Barat.
Tantangan utama mereka bukan hanya soal akses terhadap peranti elektronik dan digital, tetapi juga minimnya infrastruktur jaringan internet dan pendampingan penggunaan teknologi.
Orang Rimba
Suku Anak Dalam
Kabupaten Bungo
Kecamatan Pelepat
Kampung Pasir Putih
Desa Dwi Karya Bakti
Jambi
digital
human interest story
Dari Limbah Sawit Jadi Gula Merah Khas Jambi |
![]() |
---|
Muhammad Ulfi Mengayuh Sepeda dari Banten ke Makkah, Sempat Ziarah ke Makam Al Habib Husin di Jambi |
![]() |
---|
Beruang Madu dari Merangin Lepas Liar di Hutan Harapan dan akan Bertahan Hidup di Sana |
![]() |
---|
Andi menjadi Siamang, Zikra sebagai Ungko dalam 'Nama Suci' di Hutan Harapan Jambi |
![]() |
---|
Rahasia UMKM Jambi Buat Gula Merah dari Nira Kelapa Sawit yang Rasanya Lebih Legit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.