Berita Viral

Pamit Terakhir Iwan Korban Tewas Tertimbun Longsor di PT Freeport

Peristiwa longsor terjadi di PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua Tengah, pada Senin, 8 September 2025, sekitar pukul 22.00 WIT.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
Tribun Papua/PFTI
LONGSOR FREEPORT.Peristiwa longsor terjadi di PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua Tengah, pada Senin, 8 September 2025, sekitar pukul 22.00 WIT.Insiden longsor tersebut menyebabkan tujuh pekerja meninggal dunia. 

TRIBUNJAMBI.COM - Longsoran material basah terjadi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua Tengah, pada Senin, 8 September 2025, sekitar pukul 22.00 WIT. 

Insiden longsor tersebut menyebabkan tujuh pekerja meninggal dunia.

Tujuh pekerja sempat terjebak, dan setelah berhari-hari pencarian penuh harap, kabar duka datang. 

Dua orang ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, sementara lima lainnya masih hilang.

Kapolres Mimika, AKBP Billyandha Hildiario Budiman, membenarkan penemuan dua korban pada Sabtu (20/9/2025) pukul 08.45 WIT. 

“Dua korban tersebut ditemukan tertimbun dalam lumpur basah,” ucapnya. Mereka adalah Wigih Hartono (37) asal Tulungagung dan Irawan (46) asal Cilacap.

“Setelah proses identifikasi atau visum dan disalatkan, jenazah langsung diterbangkan ke rumah duka masing-masing,” tambah Billyandha.

VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia, Katri Krisnati, mengungkapkan rasa duka mendalam.

 “Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan dan memastikan pendampingan penuh bagi mereka,” ujarnya.

Meski dua korban sudah ditemukan, lima pekerja lain masih terjebak di bawah tanah.

 Katri menegaskan bahwa proses pencarian terus dilakukan di tengah kondisi yang penuh risiko. 

“Kami terus melanjutkan pencarian dan penyelamatan rekan-rekan lainnya dengan mengerahkan segala daya upaya,” katanya.

Firasat Irawan: Pamitan yang Membekas

Di balik tragedi ini, kisah Irawan meninggalkan kesan mendalam. 

Beberapa hari sebelum kembali ke Papua, ia mendatangi kerabatnya, Muhammad Taufiq Hidayatullah, di Desa Kalisabuk, Kecamatan Kesugihan, Cilacap.

“Beliau telepon saya minta waktu untuk ketemu. Saya jawab cukup lewat WhatsApp atau telepon saja. 

Tapi beliau bilang ‘saya harus ketemu’,” kenang Taufiq, Minggu (21/9/2025).

Pertemuan itu ternyata bukan sekadar silaturahmi biasa. “Beliau datang khusus meminta maaf atas segala kesalahan. Padahal menurut saya beliau tidak punya salah apa pun,” ujar Taufiq.

Lebih jauh, Irawan sempat meminta doa agar selamat dalam bekerja. Katanya, lokasi kerjanya berisiko. 

“Kalau suatu saat jalan masuk ambruk, longsor, atau tiba-tiba tertutup material, maka sudah selesai,” ucapnya kala itu, seolah memberi isyarat tentang nasib yang akan datang.

Tak hanya itu, Irawan juga menitipkan niat kurban untuk dirinya dan istrinya.

Pesan sederhana itu kini menjadi kenangan yang melekat bagi keluarga dan tetangga, menambah kesan dermawan yang sudah lama melekat pada sosoknya.

Sabtu (20/9/2025) malam, peti jenazah Irawan tiba di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

 Tangis keluarga pecah ketika jenazah tiba di rumah duka di Desa Kalisabuk.

Minggu (21/9/2025), ia dimakamkan di Taman Firdaus, Dusun Gumelar Kulon. Kakak kandungnya, Sigit Wahyudi, masih mengingat jelas detik-detik kabar buruk itu datang.

 “Saya lihat di Facebook ada berita longsor. Tetapi waktu itu belum tahu kalau adik saya jadi korban,” katanya.

Bagi keluarga, kepergian Irawan adalah kehilangan besar. Pria sederhana itu dikenal pendiam, ringan tangan, dan kerap berkurban diam-diam. “Terakhir dia bilang mau kurban lagi, tapi belum sempat terlaksana sudah keburu pergi,” tutur Sigit.

Kini, istri tercinta, Dwi Saptorini, serta dua putri mereka harus menata hidup di tengah duka. 

PT Freeport membantu pemulangan jenazah dan biaya perjalanan keluarga. Namun, luka emosional jelas tidak mudah sembuh.


Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, tak kuasa menahan kesedihan. 

“Kepergian mereka adalah duka yang mendalam bagi keluarga besar PTFI dan kehilangan yang tidak tergantikan.

Tidak ada hal yang lebih menyedihkan daripada kehilangan rekan kerja,” ucapnya dalam video yang diterima Antara di Timika.

Tony menegaskan bahwa tim penyelamat terus bekerja siang malam membuka akses menuju titik longsor, meski kondisi tambang labil dan membahayakan keselamatan.

Tragedi di Grasberg Block Cave bukan kali pertama memperlihatkan betapa rapuhnya nyawa manusia di hadapan alam yang tak bisa dikendalikan sepenuhnya.

Istilah “wet muck” luncuran material basah menjadi momok yang menghantui para pekerja tambang bawah tanah.


Bagi keluarga, kerabat, dan tetangga, firasat Irawan sebelum kembali ke Papua akan selalu dikenang sebagai pesan terakhir penuh makna.

 Doa, maaf, dan niat kebaikannya menjadi jejak abadi, meski raganya telah tiada.

Artikel diolah dari Tribun Jateng

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved